Suara.com - Pandemi Covid-19 membuat semua orang terpukul. Tak sedikit pegawai terkena PHK oleh perusahaannya, begitu juga dengan pebisnis yang terpaksa harus gulung tikar. Situasi inipun akhirnya memaksa setiap orang untuk berjuang agar bertahan dari segala kesulitan.
Bagi yang terdampak mungkin akan merasa terdesak, hingga mereka memberanikan diri untuk membuka usaha kecil-kecilan. Namun, tentu bisnis saat pandemi bukanlah perkara mudah dalam mengawalinya.
Lantaran, membuka usaha kecil-kecilan itu perlu tekad, niat dan keberanian khusus. Meski demikian, memang selalu ada celah di tengah keterpurukan. Tak sedikit orang yang jeli melihat peluang di balik krisis tersebut.
Hal ini jugalah yang dialami Annisa R. Amalia, seorang dokter spesialis gigi anak yang kini beralih dengan menjadi pengusaha donat frozen. Dia mengaku ini terpaksa dilakukan untuk menjaga pemasukan keuangan keluarganya, mengingat jadwal praktiknya tengah sepi pasien.
Baca Juga: 4 Pebisnis Bagikan Kiat Wirausaha Kala Pandemi, Apa Saja?
Icha – panggilan akrabnya- akhirnya mencari cara untuk membuka usaha ini. Lalu, ia bersama ibunya tercetus ide dengan membuat donat frozen, dengan modal awal sebesar Rp 80.000.
“Awalnya aku menjual donat sebanyak 80 buah, kemudian berlanjut sampai ke-100 donat. Lalu akhirnya pemesanan makin banyak, aku malah semakin kelabakan, hingga akhirnya sampai 400 buah donat yang diproduksi per hari,” ujar Icha dalam webinar ‘Ubah Krisis Jadi Peluang: Kiat Wirausaha Kala Pandemi’ yang diadakan Suara.com, Jumat (30/10/2020).
Lebih lanjut, menurutnya, resep donat frozen yang dibuatnya ini bukan sembarang donat, karena ia membuat donatnya tidak menggunakan gula tambahan. Dan, bahan dasarnya sendiri menggunakan kentang.
“Kalau donat aku itu pakai pemanisnya menggunakan ubi cilembu, jadi campuran itu bisa menambah manis, jadi itu yang membuat beda dari donat pada umumnya, sehingga dengan inovasi tersebut membuat banyak orang yang suka, terus aku kembangin dengan membuat donat kacang hijau dan donat ubi ungu, jadi tetap sehat,” katanya.
Berbicara strategi, Icha menjelaskan hanya menggunakan cara story telling melalui Instagram pribadinya. Alhasil, banyak orang yang penasaran dan memesan donat frozen buatannya. Sementara, untuk sistemnya ia lakukan dengan system preorder (PO).
Baca Juga: Pentingnya Literasi Keuangan Bagi Pebisnis Pemula
“Aku kebetulan punya dua anak di rumah dan suka donat, lalu aku suka story telling di Instagram pribadi aku, anak aku lagi makan aku share ke media social, dan ternyata banyak yang nanya dan banyak yang pesan, dan bahkan aku juga sekarang udah punya reseller tetap dari pasien aku,” beber dia.
Sementara, dalam memulai bisnis juga, kata dia, setiap orang itu harus mencari tahu keahliannya lebih dulu, apakah di bidang kuliner, atau fashion, dan satu kuncinya untuk memulai bisnis itu lakukan secara enjoy mungkin agar rasa nyaman terbagun.
Tak hanya Icha, Obin Ousbourne dan Derry Firmansyah, yang merupakan pengusaha custom handstiching and handwork ini memutuskan saat masa pandemi sebagai awal untuk memperkenalkan bisnisnya, Toekang Ketjos.
Toekang Ketjos ini menawarkan kustomisasi item fesyen dengan berbagai teknik jahit dan pola melalui tangan-tangan kreatif keduanya. Mereka melakukan gebrakan itu karena melihat ada peluang bagus saat masa pandemi.
Derry mengaku ini semua berawal dari hobi yang sama, yakni menjahit, lalu ia dan Obin berani membuka bisnis dengan menjual jasa perapihan pakaian secara custom, dengan lebih fokus ke produk fashion seperti sepatu, baju, celana, hingga topi, dan itu semua dijahit secara manual.
Untuk penjualannya sendiri mereka saat ini masih melakukan secara sederhana, yakni dengan cara memberikan informasi ke orang-orang terdekat mereka, lalu media sosial yang menurut mereka sangat berdampak pesat terhadap peluang usahanya.
“Iya sama kami juga sangat berpengaruh banget dengan berjualan melalui sosmed. Alhamdulillah banyak yang suka dan menjadi konsumen kita juga, bahkan ada beberapa influencer dan artis juga yang pernah memesan ke tempat usaha kita,” terangnya.
Selain dari sosmed dan rekan terdekat, mereka juga terkadang melakukan mobile branding dengan melakukan karya sendiri di tempat tongkrongan anak muda. Artinya, mereka menjahit usahanya itu di café-café yang dikunjunginya tersebut.
“Intinya kita maksimalin potensi kita pribadi sehingga menjadi sebuah produk kita. Lalu berani melakukan dan memulai, apalagi saat masa pandemi. Segala upaya perlu dilakukan. Ketika itu ada peluang maka lakukan,” tegas Derry.
Pengusaha pembuat kaki palsu, R Fitriandaka Kurnia, juga menambahkan peluang usaha sekecil apapun saat masa pandemi perlu dilakukan. Sehingga, perlu banyak inovasi untuk mengembangkan usaha bisnisnya tersebut, seperti ia lakukan dengan cara melalui media sosial.
“Saat ini kami mengubah cara dengan melakukan penjualan secara online. Kami juga lakukan assessment dengan cara customer mengirimkan foto, dan video kasus dia seperti apa, kemudian kami analisis dan sugest pemesan untuk pembuatan alatnya agar seperti apa,” ujar dia.
Sedangkan, untuk teknisnya, ia melakukan sistem PO pada produk dan jasa. Hal ini ia lakukan agar menghindari kerugian yang cukup besar. Sementara, untuk pengerjaan pembuatannya mulai dari pemeriksaan sampai barang jadi, paling cepat 3 hari, tapi tergantung juga bahan produk nya.
Kurnia kemudian berpesan kepada setiap pengusaha dan entrepreneur, khususnya bagi para pemula yang baru saja membuka usaha, agar bisa cepat beradaptasi dengan kondisi yang ada selama pandemi dan harus melihat peluang yang ada di depan mata.
“Memodifikasi produk, inovasi di produk atau jasa agar bisa mengakomodir kondisi pandemi saat ini. Kalau kita tidak betadaptasi cepat, maka bisnis usaha kita juga cepat atau lambat akan mati,” pungkasnya.