Suara.com - Berdasarkan survei yang dilakukan Indonesia Industry Outlook (Inventure), tahun depan, destinasi wisata lokal akan semakin populer.Tren wisata lokal akan terus menggeliat pasca Covid-19, karena masyarakat akan lebih memilih wisata lokal dibandingkan dengan wisata luar negeri.
Hal ini diungkapkan oleh Managing Partner Inventure, Yuswohadi, dalam webinar "Industry Outlook 2021 : Consumer Megashift Post Covid-19", di Jakarta, Selasa (27/10/2020).
"Menurut survei yang kami lakukan, wisata lokal akan populer tahun depan. Sekitar 76,5 persen masyarakat Indonesia memilih destinasi lokal dalam 2-3 tahun ke depan," ujarnya.
Yuswohadi menyebut, survei Inventure dilakukan kepada 1000 responden selama Agustus-September 2020, di 40 industri di Indonesia, mulai dari banking, otomotif, retail, transportasi, hotel, hingga Usaha Kecil Menengah (UKM).
"Maka di tahun 2021, pemerintah dan pelaku usaha pariwisata disarankan fokus mengembangkan pariwisata domestik," tambahnya.
Perilaku wisata pun akan berubah tahun depan. Gaya hidup wisatawan akan bergeser pada cleanliness, healthiness, safety, dan environment (CHSE). Lokasi-lokasi wisata yang memberlakukan protokol kesehatan secara ketat akan lebih banyak dipilih masyarakat, ketimbang lokasi wisata yang tidak peduli pada faktor kesehatan.
Jika lokasi wisata domestik akan mulai menggeliat, beda halnya dengan aktivitas mal. Selama masa pandemi, mal praktis sepi pengunjung, dan hal ini rupanya masih berlaku hingga masa next normal, yang mana vaksin sudah didistribusikan.
"Masyarakat masih takut untuk berkunjung ke mal. Menurut studi yang dilakukan Inventure, 61,6 persen responden mengaku masih khawatir pergi ke mal," tambah Yuswohadi.
Dengan kekhawatiran ini, maka pekerjaan terbesar bagi para pengelola mal sampai beberapa bulan ke depan adalah membangun customer confidence terkait CHSE.
Baca Juga: Kenormalan Baru, Tren Wisata Staycation Meningkat
Gerakan Pakai Masker harus Tetap Dilakukan
Walaupun vaksin Covid-19 akan segera diberikan pada masyarakat, namun penggunaan masker tetap harus dilakukan. Hal inilah yang menjadi dasar lahirnya Gerakan Pakai Masker (GPM), yang diinisiasi oleh Sigit Pramono.