Gegara Pandemi, Angka Kelahiran di Jepang Semakin Menurun

Vania Rossa Suara.Com
Jum'at, 23 Oktober 2020 | 16:15 WIB
Gegara Pandemi, Angka Kelahiran di Jepang Semakin Menurun
Ilustrasi bayi baru lahir, kelahiran bayi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Upaya pemerintah Jepang untuk meningkatkan angka kelahiran di negaranya tampaknya menemui jalan buntu. Diprediksi, gegara pandemi, angka kelahiran akan menurun secara drastis di tahun depan. Kementerian Kesahatan setempat, pada Rabu (21/10/2020), menyebut angka kelahiran di negeri sakura itu turun sekitar 11,4% selama 3 bulan terakhir jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Dilansir dari Kyodo News, jumlah bayi baru lahir di Jepang tahun lalu hanya berjumlah 865.000 saja. Jika tren saat ini terus berlanjut, diperkirakan jumlah bayi baru lahir di Jepang hanya kurang dari 800.000 orang.

Prediksi penurunan angka kelahiran ini juga dapat dilihat dari angka kehamilan yang menurun drastis pada Mei lalu, dengan jumlah penurunan sekitar 17,1%, diikuti dengan turun 5,4% pada Juni, dan 10,9% pada Juli.

Menurut Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan, total kehamilan selama 3 bulan terakhir juga menyusut sebesar 26.331 menjadi 204.482, dengan 67.919 kehamilan terjadi pada Mei, 67.115 pada Juni, dan 69.448 di bulan Juli.

Baca Juga: Ahli: Pandemi Corona Tidak Menimbulkan Ledakan Angka Kelahiran Bayi

Pemerintah menduga bahwa pandemi menyebabkan banyak pasangan menunda untuk memiliki anak karena faktor ekonomi. Pembatasan perjalanan juga diduga terjadi di daerah pedesaan, di mana banyak wanita yang pulang kampung untuk mempersiapkan kelahiran bayinya.

Selain itu, langkah pencegahan untuk mencegah penyebaran virus corona di rumah sakit, termasuk peraturan untuk mengenakan masker dan pembatasan untuk menjenguk, juga menjadi salah satu faktor yang membuat banyak pasangan menunda kelahiran.

Penurunan angka kelahiran di Jepang ini berarti akan semakin memperkecil jumlah tenaga kerja Jepang di masa depan. Katsuhiko Fujimori, seorang peneliti dari Mizuho Information & Research Institute, mengatakan bahwa meski angka kelahiran Jepang telah menurun sejak 2015 silam, pandemi bisa memperparah penurunan.

“Jepang wajib memperkuat semua hal terkait kelahiran dan pengasuhan anak. Pemerintah bertanggung untuk menciptakan lingkungan di mana orang bisa merasa nyaman melahirkan dan membesarkan anak,” katanya.

Penurunan angka kelahiran ini terjadi di seluruh 47 prefektur di Jepang, dengan Prefektur Yamaguchi menyumbang jumlah terbesar dengan jumlah 29,7%, diikuti dengan Prefektur Aomori sebanyak 23,7%, dan Prefektur Ishikawa dengan 22,5%.

Baca Juga: China Alami Angka Kelahiran Terendah dan Tingkat Perceraian Paling Tinggi

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI