Inovasi Fruit Leather, Alternatif Olahan Buah Mangga di Indonesia

Jum'at, 23 Oktober 2020 | 06:03 WIB
Inovasi Fruit Leather, Alternatif Olahan Buah Mangga di Indonesia
Mango Fruit Leather, alternatif olahan buah mangga. (Dok. Kementan RI)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernah mendengar istilah Fruit Leather? Sejenis makanan berbentuk lembaran tipis yang dibuat dari olahan buah basah maupun kering.

Buah yang dibuat untuk fruit leather juga cenderung beragam, baik terdiri dari satu jenis buah atau campuran. Termasuk buah mangga untuk pembuatan fruit leather.

"Fruit leather digolongkan sebagai snack yang ideal untuk memenuhi permintaan konsumen akan kandungan vitamin dan serat yang tinggi serta dapat dikonsumsi berbagai kalangan usia," ujar Peneliti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) Kementan, Ermi Sukasih, dalam siaran persnya kepada suara.com, Jumat (23/10/2020).

Manfaat fruit leather sebagai pengganti porsi harian buah, yang sama-sama menyehatkan menjadikan makanan ini booming di luar negeri baik di Amerika dan Eropa Barat.

Baca Juga: Resep Mango Sago, Dessert Khas Hongkong yang Creamy Banget

Padahal fruit leather sudah ada dan berkembang sejak puluhan dekade lamanya.

Indonesia sebagai penghasil komoditas buah mangga yang melimpah, sering didapatkan harga mangga sangat turun drastis saat sedang datang musimnya.

Tapi di satu sisi berharap harga mangga naik kembali, sehingga mangga disimpan, tapi buah ini akan membusuk.

Itulah manfaat hadirnya inovasi olahan buah fruit leather mangga. Gizi dalam mangga juga akan tetap terjaga, seperti kandungan serat 10 hingga 14 persen, air 10 hingga 17 persen, dan kandungan vitamin C 80 miligram hingga 90 miligram per 100 gram.

"Pemanfaatan inovasi fruit leather pun sangat luas dan masih memiliki trend yang cukup baik hingga sepuluh tahun ke depan sebagai produk sehat dan alami atau natural, sehingga diharapkan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia," ujarnya.

Baca Juga: Waduh, Pemobil ini Petik Mangga Manfaatkan Fitur Mewah Mobilnya

Fruit leather dibuat dari buah asli dengan tambahan gila, asam sitrat, mentega, perisa atau pasta, pewarna, pengawet, serta hidrokoloid (pengental dan sumber serat) bisa dari salah satu jenis bahan seperti agar, nutrigel, CMC, karaginan, gum, pektin dan lain-lain.

Sayang, Ermi menyoroti ada kelemahan dari produk yang diolah dari buah alami, yaitu prosesnya hampir semuanya secara manual dengan tangan atau tanpa mesin.

Ditambah warna fruit leather dari buah alami, cenderung tidak stabil dan cepat pudar, sehingga perlu pemilihan kemasan dan penambahan pewarna.

Sementara aroma dan rasa bisa memanfaatkan dengan esen atau pasta pewarna makanan yang lebih mengugah selera.

Apabila fruit leather dibuat oleh pengusaha mikro kecil dan menengah (UMKM), pembuatan dan pemasaran produknya perlu mendapatkan izin Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).

Izin PIRT adalah izin jaminan usaha makanan atau minuman rumahan yang dijual memenuhi standar keamanan makanan atau izin edar produk pangan.

Izin PIRT diberikan untuk makanan dan minuman yang memiliki daya tahan diatas 7 hari. Izin PIRT berlaku selama 5 tahun dan setelahnya dapat diperpanjang kembali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI