Suara.com - Gorengan menjadi camilan favorit masyarakat Indonesia. Salah satu menu gorengan yang jadi primadona adalah tempe mendoan. Gorengan khas daerah karesidenan Banyumas ini sangat cocok untuk dinikmati selagi hangat.
Mendoan Bagong yang berlokasi di Palmerah, Jakarta Barat, menjual mendoan dengan cita rasa orisinil. Si penjual menggunakan tempe khusus yang dibungkus per lembar menggunakan daun pisang.
Tentu saja tempe yang digunakan adalah tempe yang berkualitas dan telah difermentasikan dengan baik. Jadi, rasa mendoan tetap terjaga dan sedap.
Mendoan Bagong tidak menggoreng tempe hingga kering sehingga rasanya benar-benar terasa seperti mendoan khas Banyumasan.
Baca Juga: Viral Gegara Odading Mang Oleh, Ternyata Segini Tarif Endorse Ade Londok
Sayangnya, sebagian masyarakat mengira jika mendoan harusnya digoreng kering. Padahal mendoan yang asli memang tidak digoreng sampai kering.
Hal ini karena kata mendoan sendiri berasal dari kata 'mendho' di bahasa Banyumas yang berarti setengah matang atau lembek. Nah, bila digoreng hingga kering, namanya bukan lagi mendoan, melainkan keripik tempe.
Mendoan Bagong yang sudah berdiri selama 5 tahun ini sangat disukai oleh banyak orang. Dalam sehari tempat ini bisa menjual 500 lembar tempe mendoan. Pantas saja antriannya selalu mengular meski hanya dijual menggunakan gerobak di pinggir jalan.
Saking larisnya Mendoan Bagong, mereka buka mulai pukul 16.30 WIB dan semua mendoannya sudah habis diborong pada pukul 18.30 WIB. Wah, dagangan ludes terjual dalam waktu 2 jam. Mantap sekali.
Sayangnya, selama pandemi Covid-19, penjualan ikut terdampak. Angka mendoan yang dijual menurun jadi 400 lembar sehari. Meski demikian, jumlah ini pun tetap termasuk banyak.
Baca Juga: Pandemi Covid-19, Permintaan Produk Organik Makin Meningkat
Untuk satu porsi Mendoan Bagong dibanderol seharga Rp20 ribu berisi 7 lembar tempe mendoan. Murah meriah, kan? Meski bukan jajanan kekinian, Mendoan Bagong tetap patut kamu coba untuk menemani waktu santaimu.