Responden perempuan juga diminta menjalani serangkaian tes menguji stres. Tes berupa wawancara kerja tiruan, tugas matematika, serta menjawab pertanyaan tentang tingkat stres mereka.
Peneliti juga meminta air liur responden perempuan untuk menguji tingkat hormon stres paska tes yang diberikan.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa perempuan yang berhasil mencium kaus pasangannya, merasa kurang stres baik sebelum maupun setelah melakukan serangkaian stres. Bahkan perempuan yang mencium dan berhasil mengidentifikasi aroma tubuh pasangannya memiliki kadar kortisol yang jauh lebih rendah.
Sementara itu, perempuan yang mencium aroma tubuh orang asing memiliki kadar kortisol lebih tinggi selama melakukan tes.
"Dari usia muda, manusia takut pada orang asing, terutama lelaki aneh, jadi mungkin saja aroma laki-laki memicu respons 'fight or flight' yang menyebabkan kortisol meningkat," kata Hofer menambahkan.