Suara.com - Pandemi Covid-19 membuat Anda cepat mengalami stres. Maka jika Anda tengah mencari obat stres yang mudah dan efektif, coba terapi menghilangkan stres berikut ini!
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mencium aroma seorang pasangan dapat membantu seseorang mengurangi perasaan stres. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi aroma orang asing yang malah memiliki efek sebaliknya yaitu meningkatkan kadar hormon stres--kortisol.
Dikutip dari Zeenews, peneliti University of British Columbia di Kanada --Marlise Hofer, banyak orang memakai kemeja pasangannya saat jauh antara satu sama lain.
"mungkin mereka tidak menyadari mengapa mereka berperilaku seperti itu. Temuan kami menunjukkan bahwa aroma pasangan, bahkan tanpa kehadiran fisik, bisa menjadi alat yang ampuh untuk membantu mengurangi stres," jelas Marlise Hofer.
Baca Juga: Makin Mesra dengan Pasangan Berkat Momen Mikro, Apa Maksudnya?
Untuk penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology ini, periset melakukan penelitian pada 96 pasangan.
Pihak lelaki diberi kaus bersih untuk kemudian dipakai selama 24 jam. Mereka juga diminta menahan diri untuk tidak menggunakan produk wewangian seperti parfum dan deodoran.
Bukan hanya itu, para lelaki juga diminta tidak merokok dan memakan-makanan berbau khas selama 24 jam masa percobaan.
Itu semua dilakukan agar kaus yang dipakai bisa menangkap aroma khas para responden untuk kemudian dibekukan agar aroma tubuh bisa bertahan lama.
Setelahnya, perempuan secara acak diminta mencium kaus-kaus baik yang belum digunakan, yang digunakan pasangannya, atau bahkan yang digunakan orang asing tanpa diberitahu kaus tersebut milik siapa.
Baca Juga: Psikolog: Gol Jangka Pendek Bantu Pasien Covid-19 Atasi Stres
Para peneliti meminta perempuan untuk bertindak sebagai "pengendus" karena menurut mereka, perempuan cenderung memiliki indra penciuman yang lebih baik daripada laki-laki.
Responden perempuan juga diminta menjalani serangkaian tes menguji stres. Tes berupa wawancara kerja tiruan, tugas matematika, serta menjawab pertanyaan tentang tingkat stres mereka.
Peneliti juga meminta air liur responden perempuan untuk menguji tingkat hormon stres paska tes yang diberikan.
Hasilnya, peneliti menemukan bahwa perempuan yang berhasil mencium kaus pasangannya, merasa kurang stres baik sebelum maupun setelah melakukan serangkaian stres. Bahkan perempuan yang mencium dan berhasil mengidentifikasi aroma tubuh pasangannya memiliki kadar kortisol yang jauh lebih rendah.
Sementara itu, perempuan yang mencium aroma tubuh orang asing memiliki kadar kortisol lebih tinggi selama melakukan tes.
"Dari usia muda, manusia takut pada orang asing, terutama lelaki aneh, jadi mungkin saja aroma laki-laki memicu respons 'fight or flight' yang menyebabkan kortisol meningkat," kata Hofer menambahkan.