Kisah Wanita ke Kantor Tanpa Bra, Sempat Mendadak Ditanya Tarifnya Berapa

Selasa, 13 Oktober 2020 | 11:53 WIB
Kisah Wanita ke Kantor Tanpa Bra, Sempat Mendadak Ditanya Tarifnya Berapa
Ilustrasi perempuan memakai busana tanpa lengan. (Pixabay/StockSnap)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - No bra day diperingati setiap tanggap 13 Oktober sebagai kampanye kepedulian terhadap bahaya kanker payudara. Kampanye dilakukan aksi tidak mengenakan bra saat beraktivitas seharian.

Beberapa di antara Anda mungkin sudah terbiasa melepas bra saat tidur di malam hari karena terasa lebih nyaman. Namun, pernahkah berpikir untuk pergi ke kantor tanpa bra?

Dikutip Dewiku.com dari The Sun, hari itulah yang coba dilakukan seorang freelancer bernama Michelle Court.

Michelle dan dadanya yang berukuran 34DD sangat benci dikekang. Gara-gara itu, dia memilih untuk tidak mengenakan bra atau pakaian dalam apapun.

Baca Juga: Apa Itu No Bra Day 13 Oktober? Simak Arti, Manfaat dan Kontroversinya

Ilustrasi mencopot bra sebelum tidur. [Shutterstock]
Ilustrasi mencopot bra sebelum tidur. [Shutterstock]

Keputusan itu bukannya tanpa proses. Selama ini, Michelle jarang sudah jarang memakai bra pada akhir pekan. Namun seiring waktu berjalan, dia merasa dihakimi jika keluar tanpa mengenakannya, terutama di tempat kerja. Meski begitu, dia tahu bahwa dirinya tidak sendiri.

Sebuah penelitian mengklaim bagaimana seorang wanita sering merasa tertekan dengan apa yang dikenakan di balik pakaian mereka.

Awal 2018, seorang wanita Kanada dipecat setelah menolak untuk mengenakan bra ketika bekerja sebagai pelayan di sebuah klab golf. Begitu pula di tahun 2017, seorang gadis asal Kent dipulangkan dari sekolahnya gara-gara tidak mengenakan bra.

Belakangan, perempuan di seluruh dunia terus mempertanyakan ekspektasi sosial bahwa perempuan mesti mengenakan bra. Pandangan itu mirip dengan apa yang orang-orang terapkan dengan sepatu hak tinggi.

Salah satu pelaku kampenye antibra yang menginspirasi Michelle adalah Chidera Eggreue. Fashion blogger tersebut membuat tagar #SaggyBoobsMatter di media sosial. Dia menyoroti masalah yang dihadapi perempuan berdada besar yang enggan mengenakan bra.

Baca Juga: Sejarah Hari Tanpa Bra 13 Oktober, Ini Penggagasnya

"Pada usia 19 tahun, aku memutuskan untuk tidak mengenakan bra dan diserang banyak kritik. Aku diberitahu bahwa cuma perempuan dengan dada kecil yang bisa tanpa bra," ungkap Chidera.

"Aku ingin membuka diskusi tentang bagaimana kita memandang tubuh perempuan dan mengapa publik berhak mengatur-atur hal tersebut," imbuhnya.

Michelle setuju dengan pemikiran Chidera. Kenapa seseorang harus menggunakan bra?

Sebagai eksperimen, Michelle memutuskan sehari untuk berangkat kerja tanpa menggunakan bra.

Mengingat dirinya yang bekerja sebagai freelancer, rutinitas harian Michelle pun bervariasi. Satu hari dia bisa berada di studio untuk mengambil foto atau bekerja sebagai makeup artist (MUA). Namun hari berikutnya, aku bisa saja bekerja kantoran, duduk di belakang meja dan dikeliling orang-orang berseragam.

Ilustrasi perempuan membawa clutch. (Unsplash/Evelyn Semenyuk)
Ilustrasi perempuan membawa clutch. (Unsplash/Evelyn Semenyuk)

Saat tampil dengan pakaian kantoran, Michelle suka berdandan smart dengan sepatu hak tinggi dan dress. Saat dia memilih bekerja tanpa bra, wanita ini langsung bisa melihat perbedaannya. Dadanya terlihat jelas menonjol di balik dress yang dikenakan. Meski begitu, dia tidak peduli.

"Aku berusia 34 tahun dan tidak memiliki anak. Tidak ada yang mengatur hidupku. Jadi, tidak mengenakan bra membuatku merasa bebas. Sangat bebas," kata dia.

Ketika berjalan melalui pintu depan, Michelle merasa percaya diri, seksi, dan cuek. Intinya, dia sangat menikmatinya. Hanya saja, beberapa orang memandang dan memalingkan muka mereka ke arahnya dalam sekejap.

Michelle melintasi Jembatan London, Inggris. Beberapa orang memandanginya. Seorang laki-laki bersiul ke arahnya. Ada pula seorang pria yang tiba-tiba bertanya kepadaku, "Berapa (tarifnya--RED)?"

Pertanyaan ini membuat Michelle sesaat merasa bahwa belahan dadanya sangat murah. Walau demikian, dia tetap cuek dan tak akan membiarkan pandangan orang-orang membuatnya goyah.

Michelle merasa nyaman di belakang meja kantor, bagaikan mengenakan piyama di rumah saja. Tidak ada kawat yang mengekang dirinya sehingga memberikan dampak positif baginya. Dia tidak akan kaget jika hal itu juga sangat membantu produktivitasnya.

Suatu waktu, Michelle berbicara dengan staf, yakni seorang laki-laki dan perempuan. Dia mengungkapkan bahwa dirinya tidak mengenakan bra hari ini dan meminta tanggapan dari mereka.

"Perempuan yang aku mintai tanggapan berkata, 'Wow, dadamu terlihat bagus.' Sementara, laki-laki di sebelahnya hanya tersenyum sopan. Namun, dia tidak menagih uang untuk kopi yang aku beli. Aku menilai laki-laki itu memiliki tanggapan serupa dengan perempuan di sebelahnya."

Selain itu, ada kejadian menarik saat di kantin. Sejumlah laki-laki memberikan antreannya untuk Michelle. Ada yang mempersilahkan Michelle lebih dulu, sedangkan beberapa lainnya tampak memandangi Michelle.

"Kenyataannya, satu hal yang menurutku paling mengejutkan adalah reaksi berbeda antara laki-laki dan perempuan. Aku mengira perempuan di sekelilingku yang mendukung pengalamanku tanpa bra ini. Ternyata, para laki-laki yang justru membuatku merasa nyaman dengan diriku."

Ilustrasi bra. (Shutterstock)

"Rata-rata, saat melihatku, para perempuan cenderung mengajari, memutar mata, nyinyir serta berkomentar pedas dengan teman mereka. Ini benar-benar membuatku terkejut."

Setelah mencoba pergi ke kantor bra dan merasa nyaman melakukannya, apakah Michelle memutuskan untuk membakar semua bra miliknya? Tidak.

Sejak eksperimen sosial itu, ada beberapa hari kerja di mana Michelle pergi ke kantor tanpa menggunakan bra. Namun, ini tetap tergantung mood Michelle pada hari itu.

Menurut Michelle, setipa perempuan berhak memilih untuk mengenakan bra atau tidak, baik mereka yang memiliki dada besar maupun kecil. Perempuan mestinya bisa melakukan apapun tanpa harus takut dihakimi atau menghadapi penolakan.

"Tak bisa dipungkiri, keluar tanpa bra benar-benar menambah kepercayaan diriku. Tapi, pada akhirnya, aku tetap berpikir bahwa ini tergantung dari pilihan pribadi masing-masing," kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI