Terungkap, Ini Waktu Paling Sering Terjadi Kecelakaan Saat Mendaki Gunung

Senin, 05 Oktober 2020 | 17:13 WIB
Terungkap, Ini Waktu Paling Sering Terjadi Kecelakaan Saat Mendaki Gunung
Ilustrasi naik gunung (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mendaki gunung jadi salah satu rekreasi yang banyak digandrungi orang. Menjanjikan pemandangan alam yang eksotis, kegiatan di alam terbuka sebenarnya juga tinggi risiko terjadinya kecelakaan. 

Pegiat alam yang juga pendaki senior Djukardi Adriana, atau akrab disapa Bongkeng, menyampaikan bahwa hampir seluruh kecelakaan di gunung dialami pendaki saat sedang turun. Ia menilai, kecelakaan terjadi karena pendaki kurang berhati-hati.

"Risiko kecelakaan, khususnya kematian, itu pada saat turun. Jadi 90 persen kejadian kecelakaan yang terjadi pada saat turun. Kurang hati-hati, pemikirannya pengen pulang, lalu capek jadi sudah gak fokus. Dalam pendakian gunung 90 persen kematian itu pada saat turun," katanya ditemui suara.com di Bandung, Sabtu (26/10/2020).

Ia menjelaskan bahwa ada dua faktor penyebab terjadi bahaya di gunung. Yakni faktor objek yang berasal dari alam seperti hujan, badai, atau tanah longsor atau faktor subjek, yang berasal dari manusia itu. Biasanya itu karena kurang pengetahuan teknik hidup di alam terbuka.

Baca Juga: Adinda Thomas Serius Lakukan Persiapan Naik Gunung Saat New Normal

Djukardi 'Bongkeng' Adriana. (Instagram/@djukardiadriana.alpindonesia)
Djukardi 'Bongkeng' Adriana. (Instagram/@djukardiadriana.alpindonesia)

Selain mental dan fisik, Bongkeng menegaskan bahwa pengetahuan juga sangat penting dimiliki setiap pendaki. Ketiga hal itu tidak bisa dipisahkan.

"Tapi dengan kegiatan saat ini banyak digemari, dia mulai bermain, lambat laun insyaallah akan terbina dengan alam itu sendiri untuk menuju kesana. Karena kegiatan mendaki gunung akan membentuk karakter manusia," ucap Bongkeng yang juga anggota Perhimpunan Wanadri itu.

Telah 50 tahun aktif mendaki gunung di Indonesia juga luar negeri, Bongkeng tentu pernah mengalami cedera fisik. Termasuk keseleo yang paling umum dialami pendaki. Cedera fisik tidak membuatnya kapok berkegiatan di alam tapi justru jadi pemantik agar diri lebih berhati-hati.  

Bongkeng mengaku, karena pernah terjatuh dan mengakibatkan kakinya keseleo saat sedang turun gunung, hingga saat ia selalu berjalan paling lamban.

"Karena turun terburu-buru. Sekarang saya kalau turun paling lama dari orang lain. Hati-hati. Karena saya pernah terjadi seperti itu jadi pelan-pelan. Seringnya tersesat karena ingin buru-buru pulang," ucapnya.

Baca Juga: Tak Kuat Dingin Tapi Ingin Naik Gunung, Bagaimana Solusinya?

Untuk memiliki pengetahuan mengenai pendakian, menurut Bongkeng, tidak harus bergabung dengan organisasi pegiat alam. Kemudahan akses informasi saat ini, bisa dimanfaatkan untuk belajar mengenai teknik hidup kegiatan di alam terbuka. 

"Makanya saya di EAST membuat Mountain Jungle Course itu MJC, sekolah mendaki gunung, karena banyak sekarang teman-teman yang tidak punya bekal pengetahuan tapi ingin berkegiatan, tapi tidak ingin berorganisasi karena takut pada pendidikan dasarnya," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI