Suara.com - Pandemi Covid-19 juga berdampak pada dunia pendidikan. Hampir seluruh dunia melakukan penutupan sekolah, dan pembelajaran tatap muka beralih ke pembelajaran daring, yang menurut data UNESCO, secara langsung mempengaruhi 1,6 miliar siswa dan 63 juta guru di seluruh dunia. Itu sebabnya, di Hari Guru Sedunia tahun ini, UNESCO memilih tema “Teachers: Leading in crisis, reimagining the future” 2020, sebagai apresiasi perjuangan guru yang sangat luar biasa di tengah pandemi Covid-19.
Dalam peralihan menjadi pembelajaran daring, guru dihadapkan dengan tantangan baru yang mengharuskan mereka beradaptasi dengan cepat. Kreativitas, kepedulian, pemikiran strategis, dan sikap kepemimpinan para guru ditantang ketika mereka harus secara cepat memodifikasi kurikulum dan mengadaptasi rencana pelajaran untuk dapat dilakukan secara daring. Menciptakan suasana belajar baru yang memastikan sistem pembelajaran tetap berjalan dan melibatkan setiap murid, jadi tanggung jawab besar para guru di seluruh dunia di masa pandemi ini. Tentu ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Dikutip dari siaran pers yang diterima Suara.com dari SinarMas World Academy (SWA), dikatakan UNESCO bahwa para pejuang garis depan sektor pendidikan telah berhasil menunjukkan kapasitas dan kreativitas yang luar biasa dalam beradaptasi dengan situasi krisis yang masih belum berakhir ini. Mereka masih terus berjuang melakukan inovasi dalam mendidik anak-anak dan remaja untuk bisa tetap memperoleh pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan.
Perjuangan yang sama juga dihadapi oleh guru di SWA, yang telah menerapkan pembelajaran daring lebih dari 6 bulan sejak penyebaran Covid-19 di Indonesia. Salah satu guru kelas prasekolah SWA, Rubeliza Sicorsicon, mengaku meski dirinya mengerti dan mendukung keputusan untuk pembelajaran daring yang diberlakukan akibat pandemi, situasi ini tidaklah mudah, terutama untuk murid-muridnya yang masih usia prasekolah.
Baca Juga: Gadis Ini Punya Trik Menghafal Unik, Warganet: Semoga Enggak Ketahuan Guru
“Anak-anak prasekolah yang berada pada usia krusial yang harus terus mendapatkan simulasi, sangat mudah bosan. Karena itu, saya serius mempelajari jurnal-jurnal pedagogi yang ada tentang strategi mengadakan kelas online untuk anak-anak” jelas Rubeliza tentang persiapan matang yang dilakukan untuk kelas daring.
“Guru harus lebih aktif, lebih energik, lebih ekspresif, dan yang pasti lebih kreatif dalam melakukan kegiatan daring untuk anak-anak. Penggunaan berbagai material seperti boneka, dan kostum menjadi salah satu strategi dari para guru untuk membuat pembelajaran menjadi lebih menarik lagi. Murid dapat menangkap energi guru meski daring, saat guru tidak semangat maka mereka pun akan kehilangan semangat untuk memperhatikan. Kami, para guru, harus terus menginspirasi, berinovasi dan mengevaluasi, agar anak-anak dapat tetap berkembang dan belajar secara efektif meskipun jarak jauh,” tambahnya.
Ya, meski teknologi di era modern mempermudah pembelajaran daring, namun kunci keberhasilan pembelajaran tetaplah berada di tangan guru. Mengutip pakar pendidikan Universitas Brawijaya, Aulia Luqman Aziz, pada Hari Pendidikan Nasional 2020 lalu, “Selamanya profesi guru tidak akan tergantikan oleh teknologi."