Suara.com - Meski emansipasi sudah digaungkan sejak lama, namun praktiknya tidak semudah wacana atau teori, ada saja halangan dan rintangan. Agar terus bertahan, para perempuan harus selalu didorong dan diberikan masukan. Salah satunya melalui program MAMPU yang kini sudah 8 tahun berjalan. Kini Talkshow Sapa Perempuan MAMPU memasuki episode 4, merangkum cerita perempuan dari akar rumput dan membuat mereka untuk bisa memberdayakan diri. Bisa dibilang, mereka bak sosok Kartini dari pelosok.
Cerita dimulai dari Sarsina, Anggota Kelompok Konstituen Medulu, Kendari, Sulawesi Tenggara yang bercerita berhasil membuka akses perempuan miskin di wilayahnya untuk bisa mengakses beragam layanan publik. Seperti membantu para perempuan korban kekerasan untuk mengakses layanan penanganan kasus, serta mendorong perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan desa.
Ada juga kisah Ririn Kusuma, Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan penggerak Desa Peduli Buruh Migran (DESBUMI) Ambulu di Kabupaten Jember, yang bercerita jika ia yang terlibat aktif dalam Musrenbang tingkat desa hingga kabupaten, menyuarakan suara dari pekerja migran perempuan.
"Melalui DESBUMI saya pun berhasil mendorong adanya peraturan desa yang melindungi pekerja migran, serta berbagi pengetahuan kepada Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) tentang cara migrasi yang aman," ungkap Ririn saat konferensi pers, Selasa (29/9/2020).
Baca Juga: Lelaki Wajib Tahu! Perempuan Punya Ekspresi Genit yang Khas Saat Menggoda
Cerita berlanjut dari Ketua Sekolah Perempuan di Kabupaten Gresik Lilik Indrawati, yang kini mahir mengimplementasikan Participatory Rural Appraisal (PRA) di wilayahnya. Sehingga menyadarkan dan menggerakkan warga setempat untuk aktif mengakses program perlindungan sosial untuk mencari solusi atas berbagai persoalan ketimpangan gender yang terjadi. Lilik bersama anggota Sekolah Perempuan di wilayahnya berhasil meningkatkan kapasitas, memperkuat partisipasi dan kepemimpinan perempuan di desa.
Melihat ketiga perempuan yang sudah mampu berdiri di atas kaki sendiri itu, membuat Direktur Yayasan Pengembangan Inisiatif dan Advokasi Rakyat (PIAR) Nusa Tenggara Timur, Sarah Lery Mboeik mendorong agar perempuan mampu bergerak berdasarkan bukti dan data, demi kemudahan akses dan perlndungan hak perempuan. Khususnya terkait kesehatan seksual dan reproduksi yang tersusun, tidak hanya di Kota Kupang, tetapi juga hingga di tingkat provinsi NTT melalui riset bersama Jaringan Perempuan Peduli Kesehatan (JP2K).
“Upaya ini harus tetap dilanjutkan oleh semua pihak; pemerintah, parlemen, masyarakat sipil dan swasta karena perjalanan masih panjang, mengingat akses perempuan ke beragam layanan dasar masih terbatas dan diskriminasi terhadap perempuan juga kerap terjadi.” ujar Kate Shanahan, Team Leader MAMPU.
Selama 8 tahun perjalanannya, MAMPU telah menjangkau lebih dari 32.000 perempuan di 1000 desa, 147 kabupaten/kota yang tersebar di 27 provinsi. MAMPU mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus bergerak bersama untuk mewujudkan kesetaraan gender di Indonesia.
Baca Juga: Agustin Yustina, Patahkan Stigma Perempuan Bertato Lewat Aksi Kemanusiaan