Suara.com - Disneyland Hong Kongakan dibuka kembali pada Jumat 25 September 2020 setelah lebih dari dua bulan tutup terkait virus corona.
Taman hiburan itu awalnya hanya akan buka selama lima hari seminggu dan dengan langkah-langkah menjaga jarak sosial.
Namun terlepas dari kabar baik tersebut, para pemimpin sektor pariwisata yang tidak puas mengatakan bahwa industri tersebut sedang sekarat dan sangat membutuhkan dukungan pemerintah.
Taman hiburan di Pulau Lantau akan tetap tutup pada hari Selasa dan Kamis hingga pemberitahuan lebih lanjut, kecuali hari libur nasional, dan acara-acara khusus yang ditentukan oleh resor.
Baca Juga: Kapal Feri Jarang Melintas, Lumba-lumba Langka Muncul di Sungai Hong Kong
Mengumumkan peluncuran kembali pada hari Selasa, atraksi tersebut mengatakan semua tamu harus memesan secara online di bawah proses yang mengharuskan pengunjung untuk membuat pernyataan kesehatan.
“Pengalaman karakter akan ditawarkan dengan cara baru, termasuk spot selfie di sekitar taman agar para tamu dapat berfoto dengan karakter favorit mereka pada jarak sosial yang sesuai,” katanya dalam siaran pers yang dikutip dari SCMP.
"Pertunjukan langsung akan dibatasi di tempat luar ruangan selama tahap pembukaan kembali awal sampai pemberitahuan lebih lanjut."
Taman hiburan Hong Kong Disneyland dan Ocean Park ditutup pada pertengahan Juli karena kota itu bergulat dengan gelombang ketiga infeksi Covid-19.
Sementara itu, anggota parlemen sektor pariwisata Yiu Si-wing dan perwakilan dari 12 asosiasi industri perjalanan mengatakan mereka kecewa atas kurangnya dana untuk sektor yang sakit dalam paket bantuan virus corona terbaru dari pemerintah.
Baca Juga: Isi Air Liur, Lansia Curi Sekotak Sampel Covid-19 untuk Dijadikan Payung
Mereka memperingatkan bahwa sektor tersebut menghadapi gelombang penyitaan dan PHK karena pandemi telah menyebabkan penurunan pendapat yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam perjalanan global.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan antara 18 dan 19 September, sekitar 80 persen bos biro perjalanan mengatakan mereka tidak memiliki penghasilan tahun ini di tengah pandemi, sementara 20 persen mengindikasikan mereka mengandalkan taktik bisnis sementara seperti menjual masker atau paket staycation. .