Suara.com - Setelah berlayar lebih dari setahun, kapal layar Arka Kinari akhirnya tiba di titik persinggahannya di Banda Naira Kecamatan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
Pandemi virus corona sempat membuat kapal ini merapat ke Teluk Banda Naira. Mereka harus lego jangkar di kawasan Lava Flow, Pulau Gunung Api Kepulauan Banda.
Arka Kinari sendiri sebuah kapal yang melakukan pelayaran dengan misi integrasi budaya dan alam, serta penelusuran jalur rempah. Demikian dari rilis yang diterima Suara.com, TerasMaluku, Minggu, (20/0/2020).
Setelah delapan awak kapal dinyatakan non reaktif saat rapid tes, kapal baru diperbolehkan sandar di Banda Neira.
Kedatangan kapal ini juga disambut meriah oleh warga, Sabtu (19/9/2020). Mereka menggelar prosesi penyambutan dengan kora-kora adat dan cakalele Kampung Fiat, Negeri Kampung Baru dari pintu masuk Teluk Banda Naira.
Baca Juga: Tak Kunjung Diizinkan Menepi, Ratusan Migran Nekat Lompat dari Kapal
Saat penyambutan kapal, pemilik kapal Grey Filastine warga Spanyol dan Nova Ruth, warga Indonesia langsung naik kora-kora adat dan berdayung bersama warga hingga ke darat.
Kapal Layar Arka Kinari kemudian lego jangkar di Pantai Banda Naira. Begitu tiba di darat, pemilik kapal dan kapten Kapal Arka Kinari, Ben Blankenship dengan awaknya disambut tarian adat cakalele Kampung Fiat.
"Saya tidak bisa berkata-kata atas penyambutan warga Banda kepada kami, indah sekali. Dan kami merasa sangat dihargai kedatangannya. Sebuah pengalaman berharga, entah kapan bisa terulang lagi. Terima kasih telah menyiapkan sebuah penyambutan yang begitu indah," kata Nova Ruth, didampingi suaminya Grey Filastine.
Setahun belakangan, pasangan suami istri beda negara ini melakukan perjalanan keliling dunia dengan kapal layar mereka untuk pentas seni dan budaya.
Pelayaran Arka Kinari ini adalah sebuah misi budaya dan program penelusuran jalur rempah yang didukung Dirjen Kebudayaan Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) RI.
Baca Juga: 5 Mayat ABK di Freezer Kapal, Polisi: Mereka Minum Racikan Alkohol Murni
Kapal layar Arka Kinari dibuat tahun 1947 dengan panjang 18 meter. Kapal ini kemudian dibeli oleh Grey warga Spanyol dan Nova, perempuan asal Malang, Jawa Timur keturunan Bugis, Sulawesi Selatan di Rotterdam, Belanda.
Mereka memberi nama kapal layar ini, Arka Kinari. Arka adalah kapal, sedangkan Kinari dalam militologi Hindu yang berarti bertahan hidup.
"Arka Kinari artinya kami bertahan hidup dalam kapal," ungkap Nova.
Kapal Arka Kinari bertolak dari Rotterdam, Belanda pada 23 Agustus 2019. Mereka menempuh perjalanan panjang lebih dari setahun hingga akhirnya tiba di Banda Naira, titik nol jalur rempah dunia. Dalam pelayaran ini, mereka menyinggahi pulau-pulau lintas negara dan benua.
Di setiap pulau yang disinggahi, Grey dan Nova bersama awak Arka Kinari melakukan pementasan seni dan budaya, bersosialisasi dengan warga, menyampaikan pesan untuk menjaga bumi dan laut, tidak membuang sampah di laut.
"Misi pelayaran dari Belanda adalah membagi ilmu tentang seni dan budaya, serta menjaga alam. Maka itu dalam program jalur rempah ini untuk mengedukasi Indonesia pentingnya pertukaran seni dan budaya itu," kata Nova.
Nova mengakui pelayaran ini panjang dan memakan waktu lama karena harus melintasi Benua Eropa, Amerika dan Asia. Bahkan mereka harus tertahan di Guam, sebuah negara dalam teritori Amerika Serikat sekitar empat puluh hari untuk mengindari badai serta adanya masalah administrasi keimigrasian.
"Lebih dari satu tahun kita berlayar untuk sampai di sini (Banda Naira) titik nol jalur rempah. Ada jalur pendek, tapi penuh resiko karena harus lintasi wilayah bajak laut dan Samudera Hindia yang penuh badai. Karena itu pelayaran ini lama, demi Kepulauan Banda kami harus melakukan itu," ungkap Nova.
Banda Naira merupakan pulau kedua yang disinggahi Arka Kinari, setelah sebelumnya singgah di Sorong Papua Barat utuk misi serupa.
Selama di Banda Naira, Grey dan Nova bersama awak Arka Kinari menggelar pertujunkan seni dan kolaborasi tari dengan komunitas seni Banda Naira. Mereka juga melakukan konser dari atas kapal layar Arka Kinari.