Suara.com - Tagar RIP JK Rowling menjadi salah satu trending topik Twitter dunia hari ini, Selasa (15/9/2020). Namun, ini bukan karena penulis buku Harry Potter tersebut meninggal dunia. Ini karena kekecewaan penggemar akan karya barunya yang dijadwalkan rilis minggu ini, Troubled Blood.
Buku yang bercerita mengenai seorang pria pembunuh berantai yang berpakaian seperti wanita saat melakukan pembunuhan dengan kekerasan kembali dikaitkan dengan pernyataan kontroversial JK Rowling baru-baru ini mengenai transgender.
Itu sebabnya, sebelum buku tersebut dirilis, penggemar maupun haters JK Rowling ramai-ramai menggunakan tagar tersebut, menyatakan jika karier penulis 55 tahun tersebut telah mati.
"Untuk mengenang JK Rowling. Dia tidak mati, tapi dia membunuh kariernya sendiri dengan bangga membenci orang trans dan tidak ada yang akan sangat merindukannya," tulis seorang pengguna Twitter, seperti dilansir dari Nypost.
Baca Juga: Rajai Trending, Video Musik Blackpink Pecahkan Rekor Penonton YouTube
"#RIPJKRowling dia (belum) mati tapi kariernya sudah mati," imbuh yang lain.
"Bayangkan penolakan begitu keras, kami harus berpura-pura bahwa Anda sudah mati," timpal orang lain.
Penggemar lain awalnya bingung kenapa tagar ini menjadi tren sementara tak sedikit yang mempercayai kabar JK Rowling telah meninggal dunia.
Dilansir NY Post, Troubled Blood menampilkan detektif swasta, Cormoran Strike, saat dia menyelidiki seorang pria pembunuh berantai cisgender yang mengenakan pakaian wanita untuk membunuh korban wanita yang menggunakan nama samaran Robert Galbraith.
Ini adalah buku kelima karya JK Rowling dalam seri Cormoran Strike yang menggunakan nama pena. Dalam The Silkworm, novel kedua dalam serial tersebut, Rowling menggambarkan karakter transgender sebagai seseorang yang tidak stabil dan agresif.
Baca Juga: Heboh Tagar #TurunTurunTurunJokowi, Ada Apa?
"Inti dari buku ini adalah penyelidikan kasus dingin: hilangnya GP Margot Bamborough pada tahun 1974, yang dianggap sebagai korban Dennis Creed, seorang waria pembunuh berantai," tulis Telegraph dalam review novel tersebut.
"Orang bertanya-tanya apa yang akan dibuat oleh kritikus mengenai sikap Rowling tentang masalah transgender terhadap sebuah buku, yang (pesan) moralnya seperti: jangan pernah memercayai pria dalam berpakaian," tulis laporan tersebut.
Pada bulan Juni lalu, JK Rowling juga pernah membela komentar transphobia kontroversial dalam sebuah esai yang panjang, yang mengungkapkan bahwa dia dilecehkan secara seksual sebagai seorang wanita muda.
"Saya prihatin dengan ledakan besar pada wanita muda yang ingin bertransisi dan juga tentang meningkatnya jumlah yang tampaknya mengurangi transisi (kembali ke jenis kelamin aslinya), karena mereka menyesal mengambil langkah-langkah yang, dalam beberapa kasus, mengubah tubuh mereka tanpa dapat ditarik kembali dan menghilangkan kesuburan mereka," tulisnya.
Dia dan 100 penulis dan cendekiawan lainnya juga menulis esai yang menyerukan untuk diakhirinya budaya membatalkan (cancel culture), yang intimya ialah sebuah intoleransi terhadap pandangan yang berlawanan pada bulan Juli lalu.