4 Fakta Menarik Karmin, Pewarna Makanan yang Terbuat dari Serangga

Senin, 14 September 2020 | 13:07 WIB
4 Fakta Menarik Karmin, Pewarna Makanan yang Terbuat dari Serangga
Ilustrasi bubuk pewarna makanan (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak dari kita tak paham apa saja komposisi makanan yang sering kita santap selama ini. Salah satunya pewarna makanan alami yang kerap ada pada berbagai produk yang sering kita nikmati.

Melalui video, akun TikTok @ilmumakanan memberi kita informasi yang mungkin belum banyak kita ketahui. Video berdurasi 35 detik ini menjelaskan mengenai pewarna makanan alami yang dinamakan karmin

Akun tersebut menyarankan kita untuk melihat pewarna pada produk-produk berwarna kemerahan, seperti susu atau yogurt dengan rasa stroberi. 

"Pasti ada tulisan di komposisinya menggunakan pewarna alami karmin. Nah, sekarang gue bakal kasih tahu karmin terbuat dari apa. Tapi kalian janji nggak boleh kaget, nggak boleh teriak, nggak boleh  makan produk yang ada ininya," jelas akun tersebut. 

Baca Juga: Bunda Mesti Tahu, Ini Penyebab Umum Gigi Karies Pada Anak

Pewarna makanan karmin terbuat dari serangga (TikTok/ilmumakan)
Pewarna makanan karmin terbuat dari serangga (TikTok/ilmumakanan)

Karmin, lanjut video tersebut terbuat dari serangga berjenis Cochineal atau kutu daun yang dihancurkan. Video yang mendapat hingga lebih dari 356 ribu likes ini pun viral. 

Banyak yang terkejut dengan fakta ini. Tak sedikit pula yang menyesal karena sering menikmati minuman yang mengandung karmin. Tapi, tak sedikit pula yang berterimakasih atas informasi yang selama ini jarang diketahui publik. 

Nah, sebelum kamu mencoret segala jenis produk yang mengandung karmin, ada baiknya untuk mengetahui fakta mendalam mengenai serangga ini. Simak yuk beberapa daftarnya, yang dilansir IAWP Wellness Coach berikut ini.

1.  Apa itu karmin?

Ilustrasi bubuk pewarna makanan (Pixabay)
Ilustrasi bubuk pewarna makanan (Pixabay)

Karmin adalah pewarna merah yang usianya sudah sangat tua, berasal dari suku Aztec di tahun 1500-an. Ketika orang Eropa menemukan budaya mereka selama eksplorasi, mereka menggunakan ekstrak serangga berjenis cochineal atau kutu daun sebagai pewarna untuk kain dengan warna merah cerah.

Baca Juga: Olahraga Sebelum Makan, Memang Boleh?

Serangga lain yang sangat mirip juga digunakan untuk tujuan yang sama di budaya Timur Tengah, Mediterania, dan Mesir. Sejak itu, pewarna karmin telah digunakan untuk sejumlah tujuan termasuk, baru-baru ini, pewarna makanan agar lebih terlihat lebih hidup dan menggugah selera.

2. Pewarna alami yang aman

Pewarna makanan karmin terbuat dari serangga (TikTok/ilmumakan)
Pewarna makanan karmin terbuat dari serangga (TikTok/ilmumakanan)

Sebagai bagian dari keluarga pewarna makanan, karmin sering digunakan untuk membuat makanan kemasan dan olahan agar terlihat lebih hidup dan menarik. 

Warna merah cerahnya dapat ditemukan di semua jenis produk makanan yang berjejer di rak supermarket, termasuk permen, es krim, susu, yogurt, makanan ringan anak-anak, dan lainnya.

Bahkan, tak jarang karmin juga ditemukan dalam produk perawatan tubuh seperti shampo dan lotion, serta makeup seperti eyeshadow.

3. Proses pembuatan karmin

Pewarna makanan karmin terbuat dari serangga (TikTok/ilmumakan)
Pewarna makanan karmin terbuat dari serangga (TikTok/ilmumakan)

Karmin dibuat dari serangga berjenis cochineal atau kutu daun yang menghabiskan hidupnya menempel pada kaktus pir berduri di Amerika Tengah dan Selatan.

Dipanen selama ratusan tahun atau lebih, serangga ini sekarang sebagian besar ada di perkebunan kaktus pir berduri di Peru dan Kepulauan Canary.

Inilah sebabnya, mengapa negara Peru adalah eksportir terbesar dari pewarna alami ini, dengan rata-rata 70 ton per tahun. Bayangkan, untuk membuat 1 pon karmin, dibutuhkan 70 ribu ekor serangga ini. Itu berarti banyak sekali!

Bantalan pir berduri dikumpulkan dan kemudian disimpan di gudang, tempat para pekerja mengumpulkan serangga tersebut.

Untuk diketahui, cochineal betina menghabiskan hidupnya dengan menggali tanaman tersebut, jadi cukup sulit untuk mengekstraknya.

Setelah ditarik, serangga tersebut kemudian disortir dan dijemur. Lalu dihancurkan, untuk mendapatkan warna merah cerah dari dalam tubuh serangga.  Bagian luar serangga berwarna abu-abu yang dilapisi bubuk pelindung putih, jadi kontrasnya sangat mengesankan!

Serangga yang telah dihancurkan kemudian dicampur dengan larutan alkohol asam, yang menonjolkan aspek pewarna yang akan digunakan.

Inilah sebabnya mengapa pewarna terkadang disebut ekstrak cochineal. Saat ini ekstraknya dicampur dengan air dan zat cair lainnya, untuk menghasilkan pigmen merah yang sangat cerah.  

4. Apakah karmin aman sebagai pewarna makanan?

Ilustrasi bubuk pewarna makanan (Pixabay)
Ilustrasi bubuk pewarna makanan (Pixabay)

Jawabannya adalah ya, jika kamu tidak memiliki alergi terhadapnya. Karena terbuat dari bahan alami, karmin juga tidak memiliki risiko kesehatan tertentu.

Ini juga dianggap sebagai sumber daya yang umumnya dapat diperbarui, yang menjadikannya pilihan yang lebih baik daripada banyak pewarna beracun yang digunakan di pasaran saat ini.

Serangga memang dapat menjijikkan bagi banyak orang, itulah sebabnya ada kehebohan ketika publik mengetahui dari mana pewarna itu dibuat.

Tetapi jika kamu dapat memahami ide tersebut, ini adalah pilihan terbaik dibandingkan pewarna sintetis yang menyebabkan beberapa kondisi kesehatan, termasuk kanker, attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), masalah reproduksi, dan alergi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI