Suara.com - Sejumlah tempat wisata di Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur, harus tutup selama enam bulan akibat pandemi Covid-19. Baru pada 15 Agustus lalu, destinasi wisata seperti pulau Badar, Pink Beach, dan pulau Komodo kembali dibuka. Pelabuhan KP3 Labuan Bajo yang menjadi titik awal keberangkatan menuju tempat wisata pulau itu pun tidak beroperasi. Hal ini pun membuat para kru kapal yang biasa mengantar para wisatawan harus alih profesi, dan sejumlah perahu wisata tenggelam.
"Nggak ada yang berlayar, semua beralih jadi nelayan, ada yang ke petani, kerja bangunan, selama Covid," cerita kapten kapal D'Tour, Kepi, saat ditemui suara.com di pelabuhan KP3, Labuan Bajo, Flores, NTT, Sabtu (12/9/2020).
Kepi bercerita, selama masa PSBB, sejak Maret hingga Agustus, ratusan kapal dibiarkan bersandar di pelabuhan, mulai dari speed boat hingga kapal kayu. Beberapa kapal ada yang direhabilitasi untuk dilakukan perawatan, tetapi ada juga yang sengaja didiamkan di pelabuhan.
Alhasil, ada sekitar sepuluh kapal kayu yang tenggelam karena terlalu lama bersandar.
Baca Juga: Link Daftar Online Wisata Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo
"Bisa tenggelam sendiri kalau nggak ada kru yang jaga. Kalau ada bocor, nggak ada yang pompa airnya. Sering selama Covid, lebih dari sepuluh kapal," ucap Kepi.
Menurut Kepi, kapal-kapal itu tenggelam lantaran didiamkan oleh pemiliknya, dan ditambah lagi para kru juga tidak turut merawat.
"Karena mungkin gaji juga nggak jelas, nggak dikasih uang makan juga mungkin, makanya kapal ditinggal," katanya.
Kapal biasanya akan tenggelam hanya dalam satu malam. Dari permukaan, hanya tersisa tiang kapal yang masih terlihat. Jika sudah seperti itu, lanjut Kepi, kapal bisa saja diselamatkan tetapi pasti butuh biaya besar untuk perbaikan.
Baca Juga: Viral Foto Kapal di Labuan Bajo Tenggelam, Diduga Akibat Sepi Penumpang