Suara.com - Umumnya ada dua alasan utama seseorang melalukan operasi hidung atau rhinoplasty. Alasan tersebut adalah untuk mengubah tampilan demi menunjang kepercayaan diri serta alasan kesehatan.
Dikutip Suara.com dari Antara, dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik Arif Tri Prasetyo dari Santosa Hospital Bandung Kopo menjelaskan, bedah plastik rekonstruksi bertujuan memperbaiki bagian yang tidak normal menjadi mendekati normal.
Misalnya, orang yang mengalami kecelakaan sehingga hidungnya patah dan mengalami gangguan pernapasan. Sementara bedah plastik estetika dilakukan untuk menunjang penampilan pasien.
Untuk operasi hidung yang tujuannya estetika, pasien harus terlebih dahulu memiliki keluhan seperti gangguan kepercayaan diri, ketika berkonsultasi kepada dokter.
Baca Juga: Cantik! Wajah 3 Artis Korea Ini Paling Sering Jadi Acuan Operasi Plastik
Bila dokter memutuskan pasien memang laik untuk menjalani proses bedah plastik, masih ada syarat yang harus dipenuhi. "Harus screening, ada penyakit penyerta atau tidak. Bila ada, harus disingkirkan dulu. Misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi, harus sembuh dulu. Karena tidak serta merta bisa langsung tindakan," kata Arif, Kamis (3/9/2020).
Selain itu, harus dipastikan bahwa pasien ingin menjalani operasi hidung berdasarkan keinginan diri sendiri, bukan paksaan orang lain. Saat berkonsultasi, dokter akan menjelaskan bila keinginan pasien tidak bisa diwujudkan karena satu dan lain hal.
"Tidak semua bisa direalisasikan, misalnya mau meninggikan hidung tinggi banget tapi jaringan hidungnya tidak kuat."
Operasi hidung bisa menggunakan implan atau jaringan tubuh sendiri (autologus), yakni tulang rawan dari telinga, septum hidung atau tulang iga.
"Yang tren sekarang pakai jaringan tubuh sendiri, dari tulang iga. Hasilnya lebih baik karena pakai bahan dari tubuh sendiri untuk membentuk hidung," kata dia.
Baca Juga: Renjun NCT Dream Bicara soal Operasi Plastik, Sarannya Bijak Banget
Sementara proses operasi hidung menggunakan silikon relatif lebih cepat ketimbang dengan tulang rawan dari tubuh pasien. Dengan silikon, operasi bisa berlangsung selama satu jam dengan kondisi pasien yang biasanya diberi bius lokal.
Sementara operasi menggunakan tulang rawan dari telinga atau iga memakan waktu sekitar tiga hingga lima jam di mana pasien dibius total. Jika tulang rawan diambil dari iga, dokter akan mengambil tulang rawan dengan menyayat sekitar 2-3 sentimeter di bagian dada.
Setelah operasi hidung selesai, wajar bila pasien mengalami pembengkakan, apalagi pada pekan pertama. Pasien harus menjaga kebersihan area operasi untuk mencegah terjadinya infeksi.
Lalu, tren seperti apa yang sedang digandrungi pasien operasi hidung di Indonesia?
Kendati demikian, bukan berarti pasien harus jauh-jauh terbang ke Negeri Ginseng untuk memiliki bentuk hidung seperti idolanya. Kata Arif, kemampuan dokter bedah plastik di Indonesia sama bagusnya dengan di negara lain.
"Karena kita di Asia, yang digunakan teknik rhinoplasty orang Asia, yang jadi pedoman yang dibuat Korea juga. Kebanyakan minta bentuk-bentuk seperti hidung artis Korea," tutupnya.