Tak Mampu Bayar Persalinan, Orangtua Ini Diduga Ingin Jual Anak ke RS

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Rabu, 02 September 2020 | 14:22 WIB
Tak Mampu Bayar Persalinan, Orangtua Ini Diduga Ingin Jual Anak ke RS
Ilustrasi bayi (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Momen yang seharusnya menjadi saat yang menyenangkan telah menjadi mimpi terburuk bagi orangtua seorang bayi yang baru dilahirkan.

Mereka diduga terpaksa harus menjual bayi yang baru dilahirkan lantaran tidak mampu membayar tagihan rumah sakit.

Dilansir dari New York Post, pada 24 Agustus, Shiv Charan, 45, dan istrinya Babita, 36, melahirkan seorang anak laki-laki, anak keenam mereka, di Agra, India.

Persalinan Babita, yang dilakukan melalui operasi caesar, akan menghabiskan biaya sekitar 30.000 rupee India atau Rp 6 juta, ditambah 5.000 rupee atau Rp 1 juta lagi untuk biaya obat-obatan. Secara total, tagihan mereka mencapai sekitar Rp 7 juta, dan mereka tidak mampu membayarnya.

Baca Juga: Geger! Bayi Baru Lahir Ditemukan di Semak-semak Dalam Kondisi Sehat

Ilustrasi bayi yang baru lahir (Foto: shutterstock)
Ilustrasi bayi yang baru lahir (Foto: shutterstock)

Sekarang, pasangan yang rentan, yang tidak bisa membca atau menulis, menuduh Rumah Sakit JP, di bagian Trans Yamuna di Agra, memanipulasi mereka untuk menjual bayi mereka, kemungkinan untuk diadopsi, dengan harga satu lakh (100.000 rupee), atau Rp 20 juta.

"Kami memberi tanda jempol pada semua dokumen, seperti yang diminta rumah sakit," kata Shiv kepada Times of India. “Saya tidak mendapatkan dokumen pelepasan, tagihan atau dokumen lainnya.”

“Kami hanya butuh uang,” kata Babita, yang kini berjuang untuk mendapatkan kembali bayinya. Para orang tua mengatakan bahwa mereka tidak menyadari situasi di mana mereka didorong secara tidak sadar.

Menurut media lokal, rumah sakit di wilayah itu diketahui memaksa orang tua yang miskin untuk memberikan bayinya dengan imbalan uang.

Keluarga yang beranggotakan tujuh orang itu tinggal di rumah kontrakan. Mereka saat ini bertahan hidup dengan lebih dari Rp 14 ribu per hari setelah kehilangan pekerjaan karena pandemi virus corona.

Baca Juga: Vagina Gemuk Bikin Susah Proses Persalinan, Benarkah?

Pasangan itu menjelaskan bahwa mereka berharap mendapatkan layanan perawatan kesehatan yang lebih terjangkau, tetapi rumah sakit tidak memberikan panduan dalam hal itu.

Para ahli sekarang menyalahkan kesenjangan dalam akses perawatan kesehatan publik - dan praktik rumah sakit yang tidak etis - untuk masalah mereka.

"Ini akan diselidiki dan tindakan yang sesuai diambil terhadap mereka yang dinyatakan bersalah," kata Hakim Prabhu N. Singh, yang menggambarkannya sebagai "masalah serius".

Aktivis hak-hak anak Naresh Paras mengatakan kepada Times bahwa klaim rumah sakit atas perjanjian tertulis "tidak memiliki nilai" di pengadilan tanpa persetujuan dari Central Adoption Resource Authority of India. "Mereka telah melakukan kejahatan."

Namun, manajer rumah sakit Seema Gupta menyatakan bahwa bayi tersebut tidak “dibeli” tetapi keluarga tersebut dengan sengaja “menyerahkan” anak tersebut untuk diadopsi.

"Klaim ini salah," kata Gupta. “Kami tidak memaksanya untuk menyerahkan anaknya. Dia melakukannya atas kemauannya sendiri. Saya memiliki salinan perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh orang tua, yang menyatakan kesediaannya. "

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI