TPA Kepenuhan, Saatnya Sampah Diolah dengan Metode TOSS, Apa Itu?

Selasa, 01 September 2020 | 22:33 WIB
TPA Kepenuhan, Saatnya Sampah Diolah dengan Metode TOSS, Apa Itu?
Pengolahan metode TOSS. (Dok: Suara.com/Dini Afrianti)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kondisi memprihatinkan terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) karena kapasitasnya sudah semakin kritis di sejumlah wilayah. 

Parahnya di beberapa wilayah TPA justru mengalami bencana, seperti longsor yang terjadi TPA Cipeucang, Tangerang Selatan pada awal 2020 dan kebakaran TPA yang terjadi di Putri Cempo, Solo di akhir 2019.

Keberadaan TPS-3R dan bank sampah yang diyakini bisa membantu ternyata belum optimal, lantaran masyarakat belum mampu melakukan pemilahan sampah. Bahkan tidak jarang sampah dibuang ke sungai dan mencemari lingkungan. 

“Perlu sosialisasi dan edukasi yang berkelanjutan kepada masyarakat agar mampu melakukan pemilahan sampah di sumber. Oleh karenanya, GCB memfasilitasi masyarakat dan seluruh stakeholders untuk bekerjasama dalam pelaksanaan pengolahan sampah di sumber melalui TOSS yang digagas oleh Supriadi Legino dan Sonny Djatnika Sunda Djaja,” ujar Ketua Badan Eksekutif GCB, Peni Susanti dalam acara Safari TOSS, Selasa (1/9/2020).

Baca Juga: Penuh Sampah! Sebelum Dibuka Resmi, Kondisi Kawasan Gunung Gede Bikin Sedih

Pengolahan TOSS. (Dok: Suara.com/Dini Afrianti)
Pengolahan dengan metode TOSS. (Dok: Suara.com/Dini Afrianti)

TOSS adalah metode pengelolaan dan pengolahan sampah di sumber berbasis komunitas dimana merubah paradigma pemilahan di awal menjadi pemilahan setelah proses pengolahan sampah berlangsung. 

Melalui metode peuyeumisasi atau biodrying, bau tak sedap dari sampah akan hilang dan mengering dalam waktu 3 hingga 7 hari, yang bergantung pada material sampah. 

Pemilahan sampah dilakukan dimana seluruh sampah dimasukkan ke dalam box bambu berukuran 2 x 1,25 x 1,25 m3 yang mampu menampung sampah 500 kilogram hingga 1 ton sampah.

Setelah sampah tidak bau dan sudah mengering, maka akan mudah bagi petugas sampah untuk memilah sampah organik, biomassa, plastik (PVC dan Non PVC), serta residu.

"Konsep gotong royong sangat menunjang keberhasilan pengolahan sampah di sumber. Dari kajian sosiologi dan psikologi, masyarakat Indonesia membutuhkan teknologi yang sederhana namun sarat akan nilai-nilai budaya,” terang penggagas TOSS dan juga Komisaris Utama comestoarra.com, Supriadi Legino sambil menjelaskan.

Baca Juga: Viral Pendaki Kumpulkan Sampah di Gunung untuk Dibawa Turun, Panen Pujian

TOSS dengan metode peuyeumisasi atau Biodrying adalah suatu konsep yang terinspirasi dari alam. 

Pemilihan material bambu yang identik dengan masyarakat Indonesia, ukuran box peuyeum yang agronomis, serta penggunaan bioaktivator yang memanfaatkan bakteri untuk mengolah sampah merupakan suatu proses yang terinspirasi dari alam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI