Suara.com - Ada beragam alasan seseorang putus cinta. Dari hal remeh dan sederhana yang mungkin bisa diterima akal, sampai alasan menyakitkan hati seperti tidak ada lagi rasa cinta.
Tak ada lagi rasa cinta mungkin salah satu alasan utama mengapa hubungan tak lagi bisa berjalan, tapi bagaimana dengan pasangan yang sudah menjalin hubungan bertahun-tahun. Apakah benar perasaan cinta bisa benar-benar hilang?
Spesialis dokter kejiwaan dr. Jiemi Ardian Sp.KJ menjelaskan ada penjelasan medis mengapa rasa cinta bisa hilang meski sudah menjalin hubungan lama.
Kata Jiemi, ada beberapa zat ditubuh manusia yang lekat dengan perasaan bahagia salah satunya zat dopamin. Dopamin merupakan zat yang akan meningkat setiap kali manusia melakukan aktivitas yang ia rasa menyenangkan.
Baca Juga: Tak Perlu ke Bioskop, Nonton Film di Rumah Juga Bikin Senang Kok!
Jiemi menyampaikan, zat dopamin memiliki sifat antisipatorik. Misalnya, saat menunggu belanjaan barang online yang telah diincar lama, kita cenderung merasa tidak sabar dan senang akan segera memilikinya. Tapi begitu barang datang perasaan bahagia perlahan turun.
"Mungkin ini juga yang terjadi saat PDKT, deg-degan, seru, asik. Begitu dapat (pacaran), turun. Kalau melanjutkan PDKT, jadian, kita gak bisa lagi mengharapkan dopamin. Kalau pun ada komponennya udah lain, udah gak bisa seru," jelas Jiemi dalam siaran langsung Instagram, Minggu (30/8/2020).
Ia menambahkan, sifat antisipatori dari dopamin selalu menunggu sesuatu yang baru. Sedangkan hubungan yang telah berlangsung lama cenderung merasa telah mengetahui segalanya tentang pasangan.
"Problemnya ada di sudut pandang kesoktauan kita. Kita sudah bilang tahu semuanya. Padahal dari hari ke hari, secara umum manusia memang tidak berubah, tapi ada komponen yang berubah ada garis mata berubah, ada pandangan yang berubah. Memang orangnya itu aja tapi people growth (manusia tumbuh), pelan tapi ada," paparnya.
Jika sikap sok tahu dan menutup mata dengan perubahan kecil yang terjadi maka zat dopamin juga tidak akan keluar, kata Jiemi. Hal itu disebabkan lantaran tidak ada antisipasi yang ditunggu.
Baca Juga: Senang Saat Nonton Bioskop Bikin Imunitas Meningkat? Ini Kata Dokter Jiwa
Dokter di RS Siloam Bogor itu menyarankan, agar dopamin terproduksi dan perasaan cinta kembali hadir bisa membuat sesuatu yang lain, hal yang belum pernah ada atau kembali melakukan kebiasaan yang dulu sering dilakukan bersama pasangan.
"Sehingga ada konsep kebaruan untuk memicu dopamin keluar. Ketika menunggu kebaruan ini dopamin hadir jadi deg-dean, seru, asik. Misalnya pasangan main game bareng, seru, ketawa, mungkin dopamin keluar bukan karena pasangan tapi karena game. Tapi karena main dengan pasangan kita jadi menghubungkan antara seru main dengan pasangan dan dopamin," ucapnya.
Jiemi menegaskan bahwa pemicu dopamin keluar sebenarnya bukan pada pasangan, tetapi terhadap aktivitas yang dilakukan bersama pasangan.