Duh, Dampak Krisis Iklim Diprediksi Lebih Parah Daripada Pandemi Covid-19

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 28 Agustus 2020 | 19:19 WIB
Duh, Dampak Krisis Iklim Diprediksi Lebih Parah Daripada Pandemi Covid-19
Aktivis dari berbagai organisasi lingkungan berjalan menuju Taman Aspirasi Monas saat aksi terkait krisis iklim di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (20/9). [Suara.com/Arya Manggala]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sudah menginfeksi jutaan orang dan menewaskan ribuan lainnya. Namun menurut ahli, ancaman krisis iklim di masa depan bisa menimbulkan dampak yang lebih parah.

Dilansir ANTARA, Penasihat Senior Menteri LHK bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Konvensi Internasional Nur Masripatin, yang menyebut kecepatan perubahan iklim dan dampaknya dirasakan semakin meningkat.

Dalam Persetujuan Paris, negara-negara sepakat untuk menahan lajur peningkatan suhu global hingga di bawah dua derajat Celcius. Namun, menurut Nur Masripatin, saat ini saja sudah terjadi kenaikan di atas satu derajat.

Dunia sudah melihat dampak dari wabah seperti pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini. Karena itu mengantisipasi dan mengekang dampak perubahan iklim adalah hal penting karena ancaman yang ditimbulkannya, terutama bagi generasi muda yang akan merasakannya.

Baca Juga: Gawat! Setengah Laut Dunia Sudah Kena Dampak Perubahan Iklim

"Krisis iklim dibayangkan akan jauh lebih dahsyat dari pada krisis COVID-19 ini. Jadi ini PR bersama, mari tongkat estafet kita berikan kepada yang muda dan generasi seterusnya," katanya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim Indonesia (DPPPI) Sarwono Kusumaatmadja mengatakan dampak perubahan iklim akan terasa lebih cepat dan para pemuda akan menghadapi kondisi iklim yang lebih menantang.

Dalam Indonesia Youth Climate Summit (IYCS) 2020 virtual yang dipantau dari Jakarta pada Jumat, Sarwono mengatakan bahwa karakter bencana yang disebabkan perubahan iklim yang dulu terjadi secara perlahan (slow onset) kini memperlihatkan gejala dampak dengan kecepatan yang lebih tinggi.

Menteri Negara Lingkungan Hidup RI 1993-1998 itu mengatakan bahwa hal tersebut menyebabkan Indonesia, yang memasuki masa bonus demografi, harus bisa melakukan hal-hal penting bagi keberlangsungan hidup masyarakat.

Di mana menurut dia membutuhkan tiga hal dasar yaitu pangan, energi dan air.

Baca Juga: Indonesia Diguyur Hujan Lebat di Musim Kemarau Akibat Perubahan Iklim

"Para pemuda-pemudi kita atau orang-orang yang dalam usia produktif akan menghadapi suatu kondisi iklim yang demikian menantang," tutup Sarwono.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI