Suara.com - Wisata safari di cagar alam Maasai Mara biasanya penuh pengunjung di musim panas, berbarengan dengan migrasi tahunan satwa liar di Kenya dan Tanzania.
Sayangnya, pandemi Covid-19 membuat sektor pariwisata ambruk total.
Alhasil, mulai dari penjual suvenir, pembuat cendera mata, hingga pemandu wisata kehilangan pemasukan.
Di kota Narok, Kenya, para pengrajin manik-manik berharap pada upaya pemerintah untuk mengangkat pembatasan perjalan lokal dan internasional.
![Ilustrasi wisata liar, savana [booking.com]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/08/07/89993-ilustrasi-wisata-liar-savana.jpg)
"Dalam enam bulan terakhir, kami sudah kehilangan hampir 800 juta dolar pendapatan bagi pemerintah. Kami tentu berharap bisa memperoleh 2 miliar dolar pendapatan bagi pemerintah dari sektor pariwisata. Tapi, akibat pandemi, kami menderita banyak kerugian," ujar Sekretaris Kabinet Kenya bidang Pariwisata dan Margasatwa, Najib Balala, dilansir VOA Indonesia.
Dengan sedikitnya jumlah turis yang datang, banyak pedagang suvenir yang tutup sehingga para pengrajin pun kesulitan mendapatkan penghasilan.
Noltapari Kisemei memimpin kelompok pengrajin perempuan yang beranggotakan 3.000 orang.
Pendapatan mereka anjlok hingga sepersekian dari penghasilan rata-rata per bulan sebesar 100 dolar, di mana mereka dan keluarga mereka menggantungkan diri.
"Sebagai pemimpin para perempuan di sini, hampir semuanya mengharapkan jawaban dari saya terkait bagaimana caranya bertahan di tengah pandemi. Saya benar-benar tidak berdaya dan bingung harus mengatakan apa kepada mereka dan bagaimana kita bisa melewati masalah ini," ujar Noltapari.
Baca Juga: Seorang Pemburu yang Diyakini Bunuh 500 Gajah Dihukum Penjara 30 Tahun
Untuk membantu para pengrajin bertahan, sejumlah lembaga bantuan lokal telah mendonasikan makanan.