Suara.com - Sejak terlibat dalam tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, dokter Reisa Broto Asmoro menjadi sorotan. Kehadirannya tiap sore kala itu selalu ditunggu oleh masyarakat.
Ia sempat ditugaskan menyampaikan perkembangan terkini pandemi Covid-19 di Indonesia. Tapi, sosok suami dari dokter Reisa yang ternyata merupakan keturunan Keraton Solo juga menarik perhatian ublik.
Dalam siaran pers yang diterima Suara.com, Rabu, (26/8/2020), Reisa menikah dengan Pangeran Solo, Kanjeng Pangeran Tedjodiningrat Broto Asmoro yang merupakan seorang pengusaha.
Sosoknya yang jarang muncul di media pun akhirnya banyak terungkap dalam podcast di channel YouTube ‘Ayo Jadi Pengusaha’ pada Agustus 2020.
Baca Juga: Boleh Berenang saat Pandemi Virus Corona? Ini Syarat dari dr Reisa
Di podcast yang dipandu oleh Dr. Anggawira, M.M., Wakil Ketua Umum HIPMI dan anggota Komite Investasi BKPM, Pangeran Tedjodiningrat banyak bercerita tentang kehidupan pribadinya. Salah satunya adalah awal mula dirinya terjun ke dunia bisnis.
“Saya mulai usaha dengan semangat saja ya, semangat kebersamaan dan semangat ingin maju. Pertama kali dimulai saat kuliah, bareng teman-teman, mencoba bisnis kuliner karena mengamati Roti Bakar Eddy. Apa yang bisa bikin tempat itu rame banget? Karena penasaran, yaudah kita coba bikin yang serupa bareng-bareng,” ujarnya dalam podcast tersebut (26/8/2020).
Dari situ Pangeran yang masih duduk di bangku kuliah beserta teman-temannya berinisiatif untuk membuat usaha sejenis. Lewat usahanya tersebut, akhirnya terbentuk pasar dari komunitas-komunitas otomotif yang di dalamnya terdapat aktivitas jual beli velg, aksesoris mobil maupun motor, dan masih banyak lagi.
Semasa kuliah, Pangeran juga dikenal menjadi aktivis dan terlibat berorganisasi. Beragam usaha dilakoninya mulai dari jasa foto copy, print tugas, sampai jadi joki skripsi. Menurut pria berkacamata ini, modal usaha yang paling penting bukanlah uang, melainkan diri sendiri.
“Menurut saya kalo udah membicara tentang pengusaha, tentang bisnis, bisnis itu urusan, artinya kita mengurus agar hasil lebih maksimal. Menurut saya prinsipnya bisnis adalah memiliki aset. Apa itu aset? Aset terbesar ya diri kita sendiri, ide-ide cemerlang kita, networking kita. Tidak perlu modal biaya karena ketika kita punya networking bagus, teman lama atau teman baru pun bisa jadi pemodal,” tambahnya dalam podcast di channel Ayo Jadi Pengusaha (26/8/2020).
Baca Juga: Reisa Broto Asmoro Tekankan Pentingnya Protokol Kesehatan Jasa Salon
Pria kelahiran Surabaya yang biasa disapa maskangjeng ini menyatakan bahwa momentum krisis global seperti perang dunia, krisis moneter, dan pandemi Covid-19 yang saat ini sedang kita alami sebenarnya bagai pisau bermata dua.
Bila tidak hati-hati, bisa jadi terdampak efek negatifnya. Namun, ia meyakini bahwa bila kita mampu menanganinya, sesungguhnya momen krisis bisa jadi media adaptasi yang sesungguhnya menguntungkan (blessing in disguise).
Jojo menambahkan bahwa sesungguhnya bangsa ini sudah punya modalnya, yaitu Pancasila.
“Yang temen-temen millennials harus siapkan ya dengan Pancasila, landasan konstitusional kita. Dengan Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia. Ini penting nih untuk menyatukan semangat, menyatukan persepsi, dan menyatukan tujuan. Lanjut ke sila ke-4 tentang permusyawaratan, nah ini waktunya peran dari teman-teman kita perwakilan di DPRD, di organisasi-organisasi, dan juga LSM ya untuk musyawarah, rembukan, dan mewakili kita menyampaikan aspirasi. Terakhir yang ke-5 tentunya keadilan sosial yang sesuai dengan porsinya,” kata dia menutup pembicaraan.