Minat Anak Muda Jepang Terhadap Seks Turun, Apa Penyebabnya?

Senin, 24 Agustus 2020 | 21:05 WIB
Minat Anak Muda Jepang Terhadap Seks Turun, Apa Penyebabnya?
Ilustrasi pasangan muda tidak berhubungan seks. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah survei di Jepang memberikan hasil mengejutkan, terkait minat anak muda terhadap seks,

Dilansir Japan Today, survei tersebut mengatakan seks tak lagi jadi perhatian utama di kalangan anak muda berusia 20-34 tahun.

Survei yang melibatkan hampir 500 responden lelaki ini bahkan menemukan ada yang tidak berhubungan seks selama setahun atau lebih.

Majalah Spa! membeberkan hasil survei itu bahwa 22,4 persen pemuda Jepang tidak menginginkan seks sama sekali.

Baca Juga: Pandemi Covid-19, Pemerintah Jepang Khawatir Angka Kelahiran Semakin Turun

Sementara 21,2 persen mengaku tetap ingin melakukannya, sedangkan sisanya berada di zona abu-abu.

Penelitian yang dilakukan Majalah Spa! menegaskan bahwa penurunan minat seks di kalangan remaja tak berhubungan dengan pandemi virus Corona.

Pandemi virus Corona yang membuat semua orang harus menjaga jarak sosial agar meminimalisir infeksi, memang menyulitkan interaksi.

Namun, merujuk hasil survei Spa!, berdasarkan pengakuan responden, adalah faktor ekonomi yang mendasari fenomena tersebut.

Anak muda Jepang merasa terhimpit dengan penghasilan ketika membicarakan seks atau menikah.

Baca Juga: Nggak Ada yang Mau Coba, Ini Rasa Snack Paling Aneh di Jepang

"Ini adalah pertanyaan tentang manajemen risiko," kata Fumiki Komatsu, seorang responden berusia 31 tahun.

Menurutnya, seks kalau tidak berujung kehamilan, akan mengarah pada pernikahan atau sebaliknya, perpisahan. Kondisi itu disebutnya terlalu menegangkan.

"Mengapa itu menganggu? Anda bisa mencintai seseorang tanpa seks," katanya, yang menyebut hubungan yang paling ideal hanyalah berpacaran, tak lebih.

Komatsu mengaku saat ini tengah berkencan dengan wanita yang empat tahun lebih tua darinya.

Namun, saat ditanya soal apakah mereka berhubungan seks, dia mengembalikan jawaban ke arah kondisi ekonomi.

"Saya ini seorang freelancer. Saya menghasilkan 200 ribu yen (sekitar Rp27,juta) perbulan. Jika saya menikah, hal itu bakal merampas hidup saya," katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI