Suara.com - Film pendek Tilik besutan sineas Yogyakarta menjadi viral di media sosial. Film yang menunjukkan the power of emak-emak ini mampu menghadirkan karakter asli masyarakat Indonesia, khususnya dalam menyerap dan menyebarkan informasi, meski belum dipastikan kebenarannya.
Per 21 Agustus 2020, film yang diproduksi Ravacana Films ini sudah ditonton lebih dari 2,4 juta orang dan menuai respon positif. Hal ini tak lepas dari banyaknya orang yang sebal dengan karakter Bu Tejo yang begitu hidup di dalam film tersebut, di mana ia digambarkan banyak berbicara dan mempengaruhi para ibu sambil bergosip di dalam truk yang hendak menjenguk Bu Lurah.
Karakter Bu Tejo memang menarik karena banyak omong. Banyak yang berpendapat bahwa Bu Tejo adalah cerminan mayoritas ibu-ibu di Indonesia yang banyak bicara dan suka bergosip.
Tapi terlepas dari itu, mengapa ya perempuan lebih banyak berbicara dibanding laki-laki?
Baca Juga: Lagi Viral! Inilah Kumpulan Fakta Menarik Film Pendek Tilik
Pendapat ini tidak lepas dari penelitian yang menunjukkan jika perempuan berbicara 20.000 kata per hari dibandingkan lelaki yang hanya bicara 7.000 kata sehari, demikian seperti diwartakan Cheats Sheet, Jumat (21/8/2020).
Hormon otak perempuan dan lelaki berbeda
Seolah mengiyakan Dr. Louanan Brizendine, seorang psikiater menulis buku berjudul The Female Brain yang menjelaskan jika perempuan mencurahkan lebih banyak sel otak untuk berbicara.
"Perempuan memiliki delapan jalur super cepat untuk memproses emosi, sedangkan lelaki memiliki jalur pedesaan yang kecil," ujar Brizendin.
Setelah penelitian sebelumnya diterbitkan, muncul juga penelitian lain bahwa sebenarnya baik perempuan dan lelaki berbicara dengan jumlah yang sama, rata-rata 16.000 kata sehari, tapi ada perbedaan yang masih terlihat jelas.
Baca Juga: Viral Film "Tilik" Bu Tejo, Ternyata Ini 5 Manfaat Sehat Bergosip
Misalnya anak perempuan cenderung berbicara lebih cepat dan melontarkan kata dan kalimat yang lebih kompleks dibandingkan anak lelaki pada masa anak-anak. Melihat ini, Brizendine memprediksi ini terjadi karena sejak awal adanya perbedaan hormon di otak.