Bubur Suro Khas Palembang
Meski tak sepopuler dulu, bubur suro masih bisa dijumpai di Pulau Jawa, seperti beberapa wilayah Jawa Timur, salah satunya Madura, dan sebagian wilayah Jawa Tengah seperti Yogyakarta, Solo, hingga Semarang yang disajikan pada malam jelang datangnya 1 Suro.
Selain disantap bersama keluarga dan kerabat terdekat, Bubur Suro merupakan salah satu sajian yang sering dibagikan secara massal di masjid-masjid sebagai wujud sedekah dan berbagi rezeki kepada orang-orang yang membutuhkan.
Di luar Jawa, tradisi menyantap Bubur Suro ternyata ada pula di Palembang, Sumatera Selatan. Hal ini Suara.com ketahui saat mengunjungi Masjid Suro, Palembang, pada 2018.
Bedanya, tradisi menyantap Bubur Suro di Jawa dilakukan menjelang Tahun Baru Islam (1 Muharram), sedangkan Bubur Suro di Palembang disajikan pada 10 Muharram, Ramadan dan Lebaran.
Baca Juga: Kemeriahan Pawai Obor Sambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442
Pengelola Masjid Suro, Sartibi yang Suara.com temui dua tahun lalu itu mengatakan bahwa tradisi membuat Bubur Suro di masjid yang berdiri sejak 1834 ini sudah berlangsung selama hampir satu abad.
"Kita bagikan ke seluruh masyarakat, baik itu mereka yang bermukim di sini atau musafir yang kebetulan berbuka puasa di masjid ini," ujarnya.
Sartibi mengatakan diberi nama Bubur Suro, karena awalnya dibuat oleh salah satu pendiri Masjid Al-Mahmudiyah atau Masjid Suro yang juga termasuk masjid bersejarah Kota Palembang.
Bubur itu, kata Sartibi, dibagikan kepada seluruh warga secara gratis setiap hari selama Ramadan.
"Bubur ini bukan hanya dimasak saja tetapi juga diberikan daging, rempah-rempah dan juga kecap," kata lelaki yang menjadi peracik sekaligus ahli waris pembuat Bubur Suro sejak 1971 itu.
Baca Juga: Malam 1 Suro ala Pandemi Corona: Tertutup dan Tak Ada Rebutan Air
Saat Suara.com mencoba meminta sedikit resep, Sartibi pun membocorkannya.
"Untuk bumbunya, hanya ada bawang putih, bawang merah, ketumbar, merica, garam, bumbu sop dan minyak sayur,” katanya.
Pembuatannya pun cukup mudah, beras yang sudah dicuci dimasak dan diaduk selama kurang lebih tiga jam. Racikan bumbu yang sudah ditumis dimasukkan ke dalamnya, lalu diaduk hingga mengeluarkan aroma khas.
"Pada saat memasak, masukkan juga satu kilogram daging sapi yang sudah dipotong-potong untuk menambah lezat sajian bubur ketika disantap. Secara adat, makanan ini tidak boleh dijual bebas, karena merupakan warisan budaya,” ujarnya.
Menurutnya, bubur suro hanya ada pada momentum tertentu saja seperti saat Ramadan dan lebaran anak yatim yakni tanggal 10 Muharram.
Lantas, bagaimana dengan Bubur suro yang ada di Masyarakat Jawa, samakah resepnya? Simak di halaman berikutnya.