Besok, Kelompok Transpuan Maumere Gelar Upacara Pengibaran Merah Putih

Risna Halidi Suara.Com
Minggu, 16 Agustus 2020 | 15:19 WIB
Besok, Kelompok Transpuan Maumere Gelar Upacara Pengibaran Merah Putih
HUT ke-73 RI mengambil tema Kerja Kita Prestasi Bangsa/Ilustrasi [ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak/Puspa Perwitasari]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Namun, tak seluruh wilayah di Indonesia, kelompok transpuan mendapat tempat seperti di Maumere.

Di sejumlah daerah lain, misalnya, masih terdapat aksi diskriminasi dan kekerasan terhadap kelompok marjinal ini. "Kami berharap masyarakat maupun pemerintah tidak melihat transpuan dengan sebelah mata. Bahwa kami, di mana pun, transpuan tetap memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan yang lainnya."

Lalu, apa makna kemerdekaan untuk transpuan?

Kata Mayora, transpuan menjadi salah satu kelompok yang paling rentan dengan diskriminasi, persekusi dan kekerasan meskipun Indonesia telah memasuki usia 75 tahun kemerdekaan.  "Sayangnya, kelompok transpuan masih belum sepenuhnya mendapatkan kebebasan dan perlindungan dalam menentukan pilihan gender."

Baca Juga: Bangkitkan Semangat 17-an Lewat Tujuh Film Perjuangan

Berdasarkan laporan dari Komnas Perempuan 2020, setidaknya terdapat tiga persoalan besar yang masih dihadapi transpuan yaitu diskriminasi, persekusi dan kekerasan. Dikatakan lembaga ini, agama dan keyakinan telah dijadikan dasar untuk melakukan diskriminasi, yang berujung pada stereotype dan kekerasan terhadap transpuan. 

Selain itu, transpuan juga menjadi kelompok yang paling rentan mendapatkan persekusi, baik secara langsung mau pun online, termasuk kekerasan fisik, verbal dan simbolik.

"Fajar Sikka mencatat terjadi kasus kekerasan terhadap transpuan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Dari hasil penelusuran tim kami pada 2018, terdapat kasus pembunuhan terhadap transpuan. Jumlahnya meningkat menjadi enam kasus terlapor di tahun 2019," tambah Mayora.

Misalnya kasus terbaru di tahun 2020 terkait pembakaran waria hidup-hidup yang terjadi di Jakarta pada April tahun ini, serta video prank yang dilakukan dengan tujuan melecehkan transpuan.

"Selain itu, persoalan yang terus kami hadapi adalah persoalan administrasi dan birokrasi untuk kelengkapan dokumen kependudukan. Tak sedikit transpuan yang diusir dari rumah, kehilangan dokumen-dokumen kependudukan, tapi saat mengurus justru dipersulit birokrasi," kata Mayora.

Baca Juga: Makan Sepuasnya di Hari Kemerdekaan, Ada Promo Menarik di 5 Restoran AYCE

Kesulitan ini kemudian berimbas pada sulitnya mencari pekerjaan hingga mengakses layanan dasar seperti kesehatan maupun pendidikan yang telah disediakan pemerintah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI