"Dengan ini, muncul penutupan bisnis dan ditinggalkannya rumah, yang meningkatkan peluang orang muda pergi untuk menemukan prospek yang lebih baik," kata Diego Costa Fernandez, direktur Departemen Riset Arsitektur dan Budaya di Kita Management, cabang dari kota Biro Pariwisata dan Tata Kota.
Akibatnya angka kelahiran di kota itu menjadi sedikit dan semakin mengikis jumlah penduduk.
Dalam keadaan yang sulit itu, banyak tuan tanah memutuskan untuk menghancurkan rumah lama mereka karena dianggap kurang bernilai ekonomis.
"Dalam banyak kasus, bekas rumah menjadi lahan kosong atau digunakan sebagai tempat parkir," kata Fernandez kepada CNN Travel.
Baca Juga: Uniqlo x Ines de la Fressange Hadirkan Koleksi Fall/Winter 2020 Luxury
2. Pembangunan ulang
Hukum Jepang untuk Perlindungan Properti Budaya sangat ketat pada perubahan bangunan warisan berwujud, termasuk banyak kastil di negara itu. Tetapi, kastil Ozu saat ini telah dibangun kembali.
Setelah pembongkaran struktur Kastil Ozu yang asli pada tahun 1888, kota tersebut memutuskan untuk membangun kembali simbol yang sangat mereka rindukan pada tahun 1990-an dengan menggunakan kayu dan bukan beton.
"Konstruksi kayu beberapa kali lebih mahal dan undang-undang konstruksi pasca perang tidak mengizinkan struktur kayu yang lebih tinggi dari 13 meter," kata Fernandez.
Baca Juga: Mengapa Orang Jepang Panjang Umur? Ini 5 Rahasianya
Setelah bertahun-tahun melobi kementerian nasional, Ozu akhirnya mendapat izin untuk membangun tempat penyimpanan kayu dan rekonstruksi selesai pada tahun 2004.