Infografis
Suara.com - Meghan Markle telah mengonfirmasi akan ikut pemilu dan memberikan suara dalam pemilihan presiden Amerika Serikat November mendatang.
Keputusan itu sekaligus menjadi sejarah baru dalam kerajaan Inggris. Sebab secara tradisional, anggota keluarga kerajaan tetap netral secara politik. Meskipun memiliki hak suara, tetapi mereka memilih untuk tidak menggunakannya.
Dan kini, Meghan telah bertekad akan mematahkan tradisi itu pada 3 November, di mana petahana Donald Trump mungkin akan melawan Joe Biden dalam pemilu mendatang.
"Saya tahu bagaimana rasanya memiliki suara dan juga bagaimana rasanya merasa tidak bersuara," kata Meghan kepada majalah Marie Claire.
Baca Juga: Serangan Terhadap Meghan Markle Bikin Pangeran Harry Lebih Paham Rasisme
"Saya juga tahu bahwa begitu banyak pria dan wanita telah mempertaruhkan nyawa mereka agar kami didengar. Dan peluang itu, hak fundamental itu, adalah kemampuan kami untuk menggunakan hak memilih dan membuat semua suara kami didengar," papar istri Pangeran Harry tersebut.
Meghan dan Pangeran Harry sama-sama memiliki kutipan favorit dari seorang pemimpin gerakan hak pilih di Selandia Baru Kate Sheppard. Kutipan itu dinilai cukup mempengaruhi keputuhan Meghan.
"Ia berkata, 'Jangan berpikir bahwa hak suara Anda tidak terlalu penting. Hujan yang menyegarkan tanah yang kering juga hanya terdiri dari satu tetes.' Itulah mengapa saya memilih," ucap Meghan, seperti dikutip dari Mirror.
Meskipun Meghan tidak mengungkapkan siapa yang akan dia pilih dalam pemilihan, tetapi ibu Archie Harisson itu sering berbicara tentang dukungannya kepada Partai Demokrat. Dia juga mendukung Hilary Clinton dalam pemilu 2016.
Meghan Markle mendapatkan kembali kewarganegaraan Amerika ketika dia pindah kembali ke AS bersama Pangeran Harry dan Archie awal tahun ini, setelah pasangan itu mengumumkan bahwa mereka telah mengundurkan diri dari tugas kerajaan.
Baca Juga: Jadi Anggota Keluarga Kerajaan Inggris, Meghan Markle Frustasi?
