Suara.com - Sebelumnya terdengar kabar bahwa negara Australia dan Selandia Baru hendak melanjutkan laju pariwisata dengan menerapkan travel bubble.
Bagi Anda yang belum tahu, travel bubble merupakan tindakan di mana dua negara akan bekerjasama untuk saling mendatangkan turis.
Syaratnya, dua atau lebuh negara yang bekerjasama harus sudah bisa mengurangi jumlah kasus COVID-19 di daerah mereka masing-masing.
Namun, sepertinya perjanjian travel bubble antara Australia dan Selandia Baru untuk sementara waktu terpaksa ditunda.
Baca Juga: Ekonomi Terpuruk, Jokowi Berencana Lebur BUMN Penerbangan & Pariwisata
Dikutip dari laman 7news.com.au, Selasa (11/8/2020), Perdana Menteri Jacinda Ardem menastikan bahwa kebijakan tersebut ditunda untuk sementara waktu.
Pasalnya, kasus COVID-19 baru-baru ini terus meningkat di wilayah Victoria yang menyebabkan para pejabat khawatir.
Pada akhirnya diambilah keputusan bahwa rencana travel bubble ditunda untuk sementara waktu. Padahal, rencananya travel bubble ini akan dijalankan sebelum musim panas berlangsung.
Belum pasti pula, travel bubble ini akan diadakan kapan usai penundaan berlangsung.
Yang jelas, Selandia Baru sebelumnya telah mengimplementasikan kebijakan paling ketat mengenai lockdown pada bulan Maret lalu.
Baca Juga: Sektor Pariwisata dan Penerbangan Terkontraksi, Jokowi Tekankan Tiga Poin
Karena kegigihan dan kedisiplinannnya saat lockdown, serta kepatuhan para warganya, Selandia Baru didaulat sebagai salah satu negara paling aman terkain penyebaran COVID-19.
Hingga saat ini, baik perbatasan kedua negra yakni Australia dan Selandia Baru masih ditutup.
Jika di kemudian hari perbatasan negara dibuka untuk pariwisata travel bubble, ada kemungkinan para wisatawan antara kedua negara tak perlu lagi melakukan karantina.
Beberapa negara yang juga berencana melakukan kebijakan travel bubble demi mempertahankan ekonomi dan pariwisata selain Australia-Selandia Baru, yakni Yunani. Yunani rupanya juga berencana melakukan travel bubble dengan Israel dan juga Siprus.