Jangan Disepelekan! Ini Dampak Keseringan Pakai Celana Jeans Ketat

Rabu, 05 Agustus 2020 | 07:05 WIB
Jangan Disepelekan! Ini Dampak Keseringan Pakai Celana Jeans Ketat
Sepasang kekasih memakai celana jeans [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kebiasaan menggunakan celana jeans ketat sering kali dianggap sepele. Namun, hal itu sebenarnya bisa menyakiti organ intim perempuan. Begitu pula dengan rutinitas mencukur rambut kemaluan.

Sebuah penelitian yang dilakukan tim dari Boston University School of Public Health menyatakan bahwa perempuan yang sering memakai celana jeans ketat dua kali lebih berisiko mengalami vulvodynia.

Bukan cuma itu, kondisi tersebut juga dapat dipicu pencukuran rambut kemaluan di bagian atas vagina. 

Melansir dari laman resmi National Health Service (NHS), vulvodynia sendiri adalah rasa sakit di sekitar vulva atau kulit yang mengelilingi vagina.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini 7 Hal Sepele yang Bisa Timbulkan Masalah pada Vagina

Gejalanya antara lain munculnya sensasi terbakar, sakit atau nyeri di bagian vulva, perih yang kadang menyebar ke paha bagian dalam hingga pantat. 

Celana jeans perempuan. (Shutterstock)
Celana jeans perempuan. (Shutterstock)

Vulvodynia bahkan bisa mengganggu berbagai aktivitas sehari-hari, seperti duduk terlalu lama hingga saat berhubungan seks. 

Studi tersebut menganalis data laporan dari 213 perempuan yang mengalami vulvodynia.

Laporan tersebut menyatakan bahwa rata-rata perempuan yang mengenakan celana jeans ketat atau celana ketat lainnya hingga empat kali seminggu mengalami risiko dua kali lebih mungkin terkena vulvodynia.

Sementara itu, perempuan yang mencukur bulu kemaluan mengalami peningkatan risiko vulvodynia hingga 74 persen.

Baca Juga: Syok! Pria Ini Temukan Foto Istrinya Pegang Alat Kelamin Penari Telanjang

"Jeans atau celana ketat dapat menciptakan lingkungan vagina yang dapat memicu infeksi saluran genital, ini biasanya terkait dengan nyeri vulva," ungkap penulis senior penelitian, Bernard Harlow.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI