Suara.com - Baru-baru ini ramai tentang seorang dosen yang diduga melakukan riset berkedok praktik swinger. Apa itu swinger?
Seorang pria yang disebutkan sebagai alumnus PTN dan dosen universitas swasta Islam di Jogja tengah ramai diperbincangkan publik karena melakukan kekerasan seksual secara tak langsung pada puluhan wanita, menurut cuitan @Teh__L, Minggu (2/8/2020).
Dengan modus riset seperti Gilang 'bungkus', yang tengah viral karena fetish bungkus jarik, pria bernama Bambang Arianto ini curhat pada para korban tentang praktik swinger atau bertukar pasangan, sehingga membuat korban tak nyaman.
Lantas, apa sebenarnya maksud dari swinger? Simak rangkuman Suara.com berikut.
Baca Juga: Siapkan Langkah Hukum, UNU Tolak Dosen Swinger Disebut Pengajar Kampusnya
Pengertian Swinger
Menyadur dari Refinery 29, swinger adalah seseorang yang melakukan aktivitas swing yakni hubungan seksual dengan orang lain di luar pasangan romantis atau pasangan resminya. Biasanya, swinger tidak saling melibatkan perasaan apapun kepada pasangan swingernya. Jadi hanya saling berhubungan seksual.
Pasangan swinger biasanya hanya melakukan hubungan seksual dengan teman dekatnya yang juga melakukan swinger. Tapi tak jarang juga mencari di klub swinger atau orang asing yang melakukan swinger.
Ada dua macam kegiatan swing. Pertama swing terbuka (open swinging). Swing terbuka adalah kondisi di mana para swinger bertukar pasangan dan berhubungan seksual di tempat yang sama. Biasanya memiliki kelompok tersendiri. Berbeda dengan swing tertutup (closed swinging). Saat seseorang menganut closed swinging, pasangan swinger saling bertukar dan melakukan hubungan seksual di ruangan yang berbeda.
Bahkan menyadur dari The Guardian, dipercaya menjadi pasangan swinger bisa menambah gelora pasangan yang sudah lama menikah. Tapi tetap hanya melakukan hubungan seksual semata.
Baca Juga: 8 Fakta Baru Kasus Dosen Lecehkan 300 Wanita Berkedok Riset Swinger
Risiko Kesehatan Swinger
Namun, bagaimana dengan risiko kesehatan saat seseorang menjadi swinger atau terlibat sebagai pasangan swinger? Menyadur dari Reuters, sebuah studi menyatakan pasangan yang melakukan swinger dan bergabung dalam sebuah kelompok justru memiliki risiko terjangkit penyakit menular seksual (PMS) lebih tinggi daripada pelaku prostitusi.
Peneliti Belanda dalam British Medical Journal menyebutkan wanita penganut swinger memiliki tingkat infeksi yang lebih tinggi dari pria. Penderita chlamydia dan gonore (kencing nanah) pada pasangan swinger berjumlah 10,4 persen. Angka ini lebih besar daripada jumlah penderita pada pekerja seksual wanita yang hanya berjumlah 5 persen.
Menyadur Medicine Net, risiko yang besar terjangkit penyakit menular seksual ini disebabkan karena orang yang terinfeksi tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi saat menjadi pelaku swinger.
Dr. Cynthia Krause, Mount Sinai School of Medicine di New York mengatakan, tingginya risiko penularan PMS juga terjadi karena tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan. Padahal kondom dinilai efektif dalam mencegah PMS terutama chlamydia, gonore, dan HIV.
Itulah pengertian dan risiko swinger bagi kesehatan.