Ada Motif Mirip Batik pada Koleksi Dior dan Louis Vuitton Terbaru

Vania Rossa Suara.Com
Sabtu, 01 Agustus 2020 | 17:11 WIB
Ada Motif Mirip Batik pada Koleksi Dior dan Louis Vuitton Terbaru
Motif Mirip Batik pada Koleksi Dior. (Dior.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Koleksi Dior Cruise 2020 sempat mengundang perhatian pecinta mode, terutama para fashionista Indonesia. Pasalnya, koleksi yang dirancang oleh desainer busana Maria Grazia Chiuri itu membawa nilai etnik yang mengingatkan kepada kain batik Indonesia.

Meski mirip, namun rupanya sang desainer terinspirasi dari kain tradisional Afrika yang dinamainya "wax fabric".

Sama halnya seperti kain batik dari Indonesia, kain motif dari Togo, Afrika ini juga dibuat dengan menggunakan lilin. Mirip seperti cara pembuatan batik tulis, kan?

Motif Mirip Batik pada Koleksi Dior. (Dior.com)
Motif Mirip Batik pada Koleksi Dior. (Dior.com)

Dikutip dari Antara, perancang busana Indonesia, Musa Widyatmodjo, menyebut bahwa ada banyak kain tradisional di beberapa negara yang menggunakan teknik yang hampir sama seperti batik tulis.

Baca Juga: Batik Diklaim dari China, Warganet Indonesia Murka: Jangan Asal Klaim!

"'Batik' Afrika, pada saat Dior membawa itu, orang-orang menyebut bahwa itu batik Indonesia, padahal bukan," kata Musa melalui siaran Instagram, Sabtu (1/8/2020).

"Wax printing di Afrika, prosesnya sama dengan batik, dan terjadi dimana-mana, bukan cuma Indonesia. Mereka mampu menciptakan motif-motif yang aneh dan unik, lalu menjadi trademark dan identitas mereka," tambahnya.

Ia kemudian mencoba menjabarkan bagaimana kain asal Togo tersebut bisa menarik perhatian rumah mode dunia seperti Dior dan membawa nilainya ke koleksi tahunan mereka.

"(Pegiat kain wax printing) Afrika bisa membuat 'batik' itu menjadi usaha yang sangat berkembang secara industri. Hal ini yang menjadi jaminan utama untuk rumah mode seperti Dior untuk mengangkat dan memproduksi (kain) tersebut dan keduanya menjadi hubungan bisnis yang menarik," kata Musa.

Dikutip dari Prestige, desainer Chiuri bekerja dengan pabrik dan studio Uniwax di Pantai Gading, salah satu pabrik terakhir yang memproduksi kain wax fabric melalui teknik artisanal mekanis. Inti dari seni ini melindungi warisan kreatif dan budaya Afrika.

Baca Juga: Agar Mudah Dipamerkan di Mana Saja, Dior Buat Miniatur Koleksi Busananya

Motif Mirip Batik pada Koleksi Dior. (Dior.com)
Motif Mirip Batik pada Koleksi Dior. (Dior.com)

Ada kisah belakang yang luar biasa untuk kain ini. Motif dan cara mencetaknya sangat kompleks. Setidaknya terdapat sekitar 20 langkah untuk membuat satu kain.

Namun tak hanya Dior yang menampilkan koleksi mirip batik Indonesia.

Rumah mode Louis Vuitton juga memiliki koleksi terbaru bertajuk LV Crafty, yang memiliki motif yang cukup mirip dengan batik Indonesia.

Batik Louis Vuitton. (Instagram/@louisvuitton)
Motif Mirip Batik pada Koleksi Louis Vuitton. (Instagram/@louisvuitton)

Mengutip situs resmi Louis Vuitton, disebutkan bahwa lini LV Crafty yang diluncurkan sebagai koleksi musim panas ini tak hanya terdiri dari tas, tapi juga sandal dan syal. Motif-motif serupa batik yang ditampilkan pada produk-produk tersebut dibuat dalam ukuran besar dengan cetakan ultra-graphic serta dominasi warna earth tone dan merah.

Batik Louis Vuitton. (Instagram/@louisvuitton)
Motif Mirip Batik pada Koleksi Louis Vuitton. (Instagram/@louisvuitton)

Menanggapi kemiripan batik dengan karya para desainer dunia ini, bagaimana sebaiknya orang Indonesia menanggapinya?

Musa berpendapat, hal ini dapat menjadi peluang bagi para pengerajin batik untuk terus menciptakan batik bermotif baru dan tak meninggalkan nilai estetika wastra bangsa itu.

"Melihat hal ini, dari sana (koleksi Dior, Louis Vuitton), orang lain di dunia akan penasaran, itu motif berasal dari mana, negara apa, dan lain sebagainya," kata Musa.

"Kita harus memanfaatkan momen ini. Membuat kreativitas yang bisa diterima masyarakat dunia saat ini. Fashion itu berkembang dan terus berubah, dan bagaimana caranya kita buat inovasi baru," ujarnya menambahkan.

Musa berharap, para pengerajin batik dapat membuat motif-motif baru yang lebih beragam, dan memperkuat nilai dan karakter batik di tiap daerah, serta tidak terpaku dengan satu tren motif saja.

"Perubahan dengan bahan belum cukup dan merupakan salah satu cara saja. Buat inovasi di teknik pewarnaan, tekstur kain. Inovasi harus dibiarkan berkembang," kata Musa.

Desainer kondang tersebut melanjutkan, "Kita harus berbenah untuk menjaga keberadaan batik melalui inovasi, dan perlu adanya fokus juga dari kita dan pemerintah untuk mengangkat batik ke ranah dunia."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI