Ramai Fetish Kain Jarik, Psikiater Sebut Fetish Lebih Banyak Dialami Lelaki

Jum'at, 31 Juli 2020 | 10:27 WIB
Ramai Fetish Kain Jarik, Psikiater Sebut Fetish Lebih Banyak Dialami Lelaki
Ilustrasi lelaki mengalami fetish sepatu. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ramai kasus Gilang yang diduga melakukan fetish kain jarik menggema di jagad media sosial. Hal ini membuat Spesialis Kedokteran Jiwa dr. Andri, Sp.KJ, FAPM turut memberikan komentar.

Terlepas dari perilaku Gilang, dr. Andri menjelaskan jika fetish memang lebih banyak dialami laki-laki dibanding perempuan.

Fetish sendiri adalah perilaku seksual menyimpang yang tidak normal atau tidak lazim biasa dilakukan pada umumnya. Bisa disebut fetish jika berulang kali dilakukan. Itulah mengapa gangguan ini masuk kategori parafilia.

Baca Juga: Gilang, Fetish Kain Jarik dan Pelecehan Seksual

"Nah, kalau kita melihat dalam konteks banyakan mana perempuan atau lelaki yang mengalami hal ini, maka sebenarnya katanya lebih banyak laki-laki," ujar dr. Andri melalui channel Youtubenya Andri Psikosomatik dikutip Suara.com, Jumat (31/7/2020).

Bahkan, kata dr. Andri, berdasarkan data penelitian yang dikemukakan para ahli, fetish ini bukan hanya dominan, tapi sudah eksklusif atau khusus dialami lelaki.

"Jadi, kalau perempuan tidak pernah, katanya, atau jarang atau enggak bakal ada," imbuh dr. Andri.

Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Omni Alam Sutera ini menyebut banyak yang menduga Gilang mengalami gangguan seksual fetish kain jarik karena sudah menimbulkan keresahan, bahkan menganggu orang lain dan memakan korban yang merasa dilecehkan.

"Dia (Gilang) dianggap fetish karena dia meminta orang untuk mengikat tubuhnya dengan kain jarik, dan ternyata katanya itu untuk mendapatkan kepuasan seksual," ungkapnya.

Baca Juga: Jejak Digital Pelaku Fetish Jarik di Video Mengurus Jenazah: Mayatnya Bagus

Fetish sendiri berorientasi atau mendapatkan fantasi seksual melalui benda mati seperti celana dalam perempuan, bra, lingerie, dan sebagainya. Lalu karena Gilang meminta korban mengenakan kain jarik, maka ia dianggap fetish melalui media kain tersebut.

Tentu saja hal ini tidak sembarangan, karena harus ada diagnosis atau pemeriksaan utuh kepada Gilang.
Mengingat dr. Andri tidak memeriksa lelaki tersebut, maka ia tidak berhak mendiagnosis hal itu.

"Saya tidak berdiskusi terkait dengan kasus Gilang ini, dalam artian sebagai seorang psikiater forensik. Tidak, karena memang bukan kapasitas saya di sana," tegas dr. Andri.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI