Suara.com - Ibadah solat Jumat yang diadakan Hagia Sophia, Istanbul, Turki, waktu setempat menjadi penanda kembali diubahnya museum tersebut menjadi masjid.
Sebelumnya, Presiden Recep Tayyip Erdogan memang telah menyatakan akan mengubah fungsi bangunan tersebut. Keputusan itu ditanggapi berbeda oleh tiap tiap pihak. Demikian seperti dilansir dari Washington Post.
Diresmikan pada era Bizantium, bangunan berusia hampir 1.500 tahun yang menghadap ke Bosporus adalah gereja terbesar di dunia Kristen selama hampir satu milenium dan sebuah masjid Ottoman selama ratusan tahun.
Bangunan itu diubah menjadi museum pada tahun 1934 oleh Mustafa Kemal Ataturk, pendiri sekuler republik Turki.
Baca Juga: Hari Ini Masjid Hagia Sophia Gelar Salat Jumat Perdana
Awal bulan ini, pengadilan administratif utama Turki memutuskan untuk membatalkan status Hagia Sophia sebagai museum, dalam kemenangan bagi kaum Islamis Turki dan nasionalis yang telah lama mendorong konversi situs menjadi masjid.
Beberapa pemimpin agama Kristen, termasuk Paus Francis, menyatakan keprihatinan, dan pemerintahan Trump mengatakan pihaknya "kecewa" dengan keputusan Turki.
Beberapa kritik paling tajam datang dari Audrey Azoulay, direktur jenderal UNESCO, yang mengatakan dalam sebuah pernyataan awal bulan ini bahwa ia "sangat menyesali" keputusan untuk mengubah status Hagia Sophia, atau "Kebijaksanaan Suci" dalam bahasa Yunani.
“Hagia Sophia adalah mahakarya arsitektur dan kesaksian unik untuk interaksi antara Eropa dan Asia selama berabad-abad. Statusnya sebagai museum mencerminkan sifat universal warisannya, dan menjadikannya simbol yang kuat untuk dialog, ”kata Azoulay.
Erdogan mengatakan bahwa masjid itu, sampai baru-baru ini museum paling banyak dikunjungi Turki, akan tetap terbuka untuk orang-orang dari seluruh dunia dan bahwa masuk ke masjid akan gratis.
Baca Juga: Jadi Masjid, Hagia Sophia Gelar Salat Jumat Perdana Besok