Terapkan Normal Baru, Bar di Jepang Larang Pengunjung Berciuman

Risna Halidi Suara.Com
Selasa, 21 Juli 2020 | 12:56 WIB
Terapkan Normal Baru, Bar di Jepang Larang Pengunjung Berciuman
Ilustrasi bar (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para pekerja malam di Jepang diwajibkan menjalankan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran virus corona penyebab sakit Covid-10.

Seorang ahli urologi dan advokat kesehatan masyarakat di Jepang, Shinya Iwamuro mengatakan, ia telah mengajarkan langkah-langkah pengendalian infeksi di distrik Shinjuku Tokyo dan tempat hiburan malam lainnya.

Dikutip dari Antara, pekerja bar diberi aturan praktis cara berinteraksi dengan pelanggan termasuk aturan tak boleh ciuman, tidak boleh berbagi tempat makan, dan berbicara harus dilakukan dengan sudut pandang tertentu guna menghindari kontaminasi droplet.

"Sedapat mungkin, ciumanlah hanya dengan pasangan, dan hindari ciuman yang dalam," kata Iwamuro dalam konferensi pers, menguraikan apa yang ia sebut sebagai "etiket berciuman".

Baca Juga: Hati-hati, Bar Ini Pasang Pagar Listrik Untuk Menjaga Jarak Sosial

Pengujian strategis di distrik kehidupan malam di Tokyo telah mengungkapkan meningkatnya kasus harian virus corona Covid-19, terutama di antara orang-orang berusia 20-an dan 30-an.

Adanya cluster mendorong gubernur Tokyo untuk meningkatkan peringatan kota ke level "merah" tertinggi pada 15 Juli.

Di Tokyo, kasus Covid-19 mendekati angka 300 dalam sehari pada akhir pekan lalu. Pemerintah setempat mempertimbangkan untuk memperkuat tindakan tindakan khusus yang memungkinkannya untuk menyatakan keadaan darurat.

Media melaporkan Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan bahwa mungkin ada lebih banyak pemeriksaan spot dari bisnis kehidupan malam.

Tetapi ada kekhawatiran bahwa kehidupan malam telah menjadi kambing hitam bagi kegagalan pemerintah untuk melacak dan mengendalikan penyakit ini.

Baca Juga: Pastikan Pengunjung Jaga Jarak, Bar di Inggris Pasang Pagar Listrik

Masayuki Saijo, direktur virologi di National Institute of Infectious Diseases, mengatakan tidak tepat untuk mendiskriminasi orang berdasarkan di mana atau kapan mereka bekerja.

"Tidak ada perbedaan, bekerja di malam hari atau bekerja di siang hari," kata Saijo. "Strategi untuk mengurangi infeksi manusia ke manusia adalah sama."

Lebih dari satu juta orang diperkirakan bekerja di industri ini, kata Kaori Kohga, perwakilan Asosiasi Bisnis Kehidupan Malam.

Kelompoknya telah menyusun peraturan keselamatan sendiri untuk anggotanya, termasuk mendisinfeksi mikrofon karaoke, karena mereka menganggap rekomendasi pemerintah, seperti memakai topeng dan jarak sosial dua meter, tidak praktis.

"Tidak ada yang akan berubah jika Anda hanya mengkritik kami sebagai orang jahat," kata Kohga, menambahkan pemerintah tidak mengakui aturan mereka atau menawarkan bantuan keuangan yang cukup untuk bisnis atau pekerja.

Sementara itu di Jakarta, hari ini ratusan pekerja tempat hiburan malam se-Jakarta melakukan unjuk rasa terhadap Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI yang dinilai mendiskreditkan mereka.

Dalam orasinya, mereka meminta Gubenur DKI Jakarta Anies Baswedan membuka kembali tempat hiburan malam agar mereka bisa kembali bekerja dan memenuhi kebutuhan hidup.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI