Suara.com - Diet soda atau diet cola adalah minuman pilihan bagi orang yang ingin meminimalkan konsumsi gula atau kalori.
Setiap minuman manis dan bersoda memiliki versi 'diet' yang dijual sebagai 'bebas gula'. Diet soda mengandung pemanis buatan seperti sakarin, sukralosa, siklamat, aspartam.
Minuman ini pertama kali diperkenalkan pada 1950-an untuk penderita diabetes tetapi kemudian dipasarkan kepada orang yang mencoba menurunkan asupan kalori atau gula. Meskipun diet coke rendah kalori dan gula, dampaknya pada kesehatan dan berat badan dipertanyakan.
Dilansir dari Times onf India, karena diet soda lebih rendah kalori dan tidak mengandung gula putih, adalah wajar untuk berasumsi bahwa itu dapat mendukung penurunan berat badan.
Baca Juga: Anak Gemuk Bikin Penis Tak Terlihat, Perlukah Diet Sebelum Sunat?
Namun, beberapa pengamatan ilmiah telah menemukan bahwa konsumsi soda diet dan pemanis buatan dapat menyebabkan risiko sindrom metabolik dan obesitas.
Diet soda juga dapat merangsang hormon kelaparan, menyebabkan peningkatan nafsu makan. Meskipun, temuan ini belum dikonfirmasi dalam penelitian pada manusia.
Banyak studi eksperimental benar-benar melihat bahwa mengganti minuman manis lainnya dengan diet coke dapat menyebabkan penurunan berat badan.
Sebuah teori menunjukkan bahwa jika seseorang bertambah berat badan bahkan setelah mengkonsumsi diet soda, itu adalah karena kebiasaan makannya yang tidak sehat dan bukan karena soda.
Diet soda terbuat dari air berkarbonasi, pemanis buatan, warna, zat tambahan makanan dan rasa. Biasanya, itu tidak mengandung lebih dari beberapa kalori dan bergizi nol. Satu 345 ml soda diet tidak mengandung kalori, lemak, gula atau protein dan 40 mg natrium.
Baca Juga: Alat Kontrasepsi Bikin Gemuk, Mitos Atau Fakta?
Nilai ini bervariasi dari merek soda diet ke merek. Beberapa merek yang menggunakan daun stevia mungkin juga mengandung sejumlah gula. Ini dipompa dengan asam, kafein dan pengawet seperti kalium benzoat, membuat diet soda memiliki nilai gizi yang dapat diabaikan.