Dikecam Karena Mau Diubah Jadi Masjid, Ini Sejarah Panjang Hagia Sophia

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Sabtu, 11 Juli 2020 | 20:05 WIB
Dikecam Karena Mau Diubah Jadi Masjid, Ini Sejarah Panjang Hagia Sophia
Hagia Sophia di Istanbul, Turki. (Murat Demirkan/Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Hagia Sophia Menjadi Masjid

Setelah menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453, Ottoman Sultan Mehmed II segera pergi ke Hagia Sophia dan memerintahkan agar bangunan itu diubah menjadi masjid.

Ini adalah usaha yang sukses, dan tetap menjadi masjid sejak itu. Pada abad berikutnya, arsitek Sinan ditugaskan untuk membuat restorasi dan menambahkan unsur-unsur Islam ke dalam bangunan.

Hagia Sophia yang hendak dijadikan masjid tuai polemik. (Anadolu Agency/Onur Coban)
Hagia Sophia yang hendak dijadikan masjid tuai polemik. (Anadolu Agency/Onur Coban)

Menara, mihrab dan mimbar, ditambahkan, dan diposisikan secara tepat untuk menghadap ke arah Mekah, 10 derajat selatan poros utama bangunan.

Baca Juga: Pengadilan Turki Mulai Bahas Status Hagia Sophia

Penopang di sisi timur ditambahkan selama periode Ottoman. Belakangan, Hagia Sophia menjadi kompleks yang terdiri dari makam, air mancur, perpustakaan, dan sebagainya.

Ketika digunakan sebagai masjid, panel mosaik tetap ada, tetapi wajah sosok itu tertutup. Setelah abad ke-18, panel mosaik tertutup sepenuhnya.

Hagia Sophia Menjadi Museum

Hagia Sophia digunakan sebagai gereja selama 916 tahun dan sebagai masjid selama 481 tahun. Pada tahun 1934, atas perintah Mustafa Kemal Atatürk dan keputusan Dewan Menteri, itu diubah menjadi museum dan sejak itu, telah dibuka untuk pengunjung.

Kembali Menjadi Masjid

Baca Juga: Lupa Matikan Fitur Interaksi, Saluran Youtube Erdogan Dibanjiri Hujatan

Belakangan keputusan Presiden Turki untuk mengubahnya menjadi masjid dikecam banyak pihak. Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) dan sejumlah negara seperti Rusia, Amerika Serikat, Yunani, hingga para pemimpin gereja adalah pihak-pihak yang melayangkan penolakan atas keputusan Endargo.

UNESCO menyatakan pihaknya sangat menyesalkan keputusan Turki yang dibuat tanpa adanya diskusi dan pemberitahuan sebelumnya.

"Keputusan ini diumumkan hari ini (10/9) memunculkan masalah dampak perubahan status ini pada nilai universal properti. Negara memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa modifikasi tidak memengaruhi Nilai Universal Luar Biasa dari situs-situs tertulis di wilayah mereka," ujar UNESCO dalam pernyataanya melalui instagram.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI