Ruang Raqyat, Ruang Gratis Bagi Komunitas untuk Berkarya

Selasa, 30 Juni 2020 | 13:46 WIB
Ruang Raqyat, Ruang Gratis Bagi Komunitas untuk Berkarya
Abi Rahadi, Penggagas Ruang Raqyat. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Pandemi Covid-19 dan program 100 ember

Sebelum pandemi Covid-19 melanda, respons terhadap Ruang Raqyat sangatlah positif. Setiap bulan, selama 30 hari, Ruang Raqyat selalu ramai dibooking oleh para komunitas sosial. Tapi kini, hal itu tidak bisa dilakukan karena larangan berkumpul selama pandemi.

"Pandemi mulai ada dari awal Maret, itu kegiatan masih full setiap hari, kegiatan masih berlangsung, ketika kasus (Covid-19 di Indonesia) sentuh angka 100. Mulai PSBB, dengan berat hati kami cancel kegiatan semua komunitas, ada 20 sampai 30 kegiatan yang terpaksa dibatalkan," paparnya.

Abi pun memutar otak, mencari cara agar Ruang Raqyat tetap berkontribusi di masa pandemi.

Baca Juga: Cara Komunitas Wuling Almaz Bantu Lansia Cegah Penyebaran Covid-19

Menanam tanaman hidroponik di Ruang Raqyat. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Menanam tanaman hidroponik di Ruang Raqyat. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Ia kemudian terpikirkan program 100 ember. Program ini berbentuk kampanye tentang budidaya tanaman hidroponik, menanam aneka sayuran tanpa menggunakan media tanah. Hal ini didasari fakta bahwa selama pandemi, masyarakat takut pergi ke pasar dan banyak pasar yang ditutup.

Lalu, terbesitlah ide bagaimana kalau menanam sayuran yang sehat untuk dikonsumsi setiap hari. 100 Ember ini merupakan bentuk donasi dari masyarakat, di mana ember diisi dengan ikan lele dan di atasnya dimanfaatkan untuk jadi media tanam sayuran hidroponik.

"Kita ukur kapasitas berapa banyak yang bisa dikelola, cukup 100 ember dulu. Publikasinya tidak memanfaatkan sosial media, karena kita punya spirit yang sama. Akhirnya kuota 100 ember bisa terpenuhi dalam waktu 3 minggu," katanya.

Seluruh hasil panen ataupun lele yang dibudidayakan ini tidak diperjualbelikan. Sepenuhnya diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan, dibantu oleh ibu PKK sekitar.

"Ada panen kangkung dan lele, kangkung sudah 2 kali panen. Kita kerjasama sama ibu PKK di sekitar. Walau perumahan elit, tapi masih banyak warga yang membutuhkan, dalam kerjasamanya dengan ibu-ibu PKK," ungkapnya.

Baca Juga: W Motorsport Crew, Tempat Kumpul Komunitas Mobil Mewah Tangerang

Menanam tanaman hidroponik di Ruang Raqyat. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)
Menanam tanaman hidroponik di Ruang Raqyat. (Suara.com/Dini Afrianti Efendi)

Program ini, kata lelaki yang bekerja di Jakarta itu, diharapkan bisa jadi contoh bagaimana kita bisa tetap berkontribusi meski dalam keadaan pandemi Covid-19 yang serba terbatas.

Terbuka untuk kolaborasi

Tak berhenti di program 100 ember, Abi juga berencana akan membuat taman edukasi untuk para pelajar di halaman, misalnya dengan melihat bagaimana budidaya lele dan tanaman hidroponik, aneka tumbuhan, mengenal hewan ternak, hingga mewarnai di halaman.

Tanaman sayuran juga akan lebih dibuat lebih bervariasi, namun dengan metode yang mudah dan memilih tanaman yang bisa dimanfaatkan seperti cabai, bayam, dan kangkung. Dan yang pasti, hasilnya akan dikembalikan dan diberikan secara sukarela kepada masyarakat.

Untuk jangka panjangnya, Abi sebagai founder, sangat terbuka untuk berkolaborsi dengan komunitas apapun.

Donasi dan kolaborasi tidak hanya berbentuk dana, tapi juga bisa keahlian, bibit tanaman, dan sebagainya. Dengan tangan terbuka, Abi ataupun Ruang Raqyat bisa Anda sambangi melalui laman instagramnya @abirahadi atau @ruangraqyat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI