Suara.com - Meski baru diresmikan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 2009, batik sebenarnya telah dikenal dunia sejak lama. Salah satunya batik tiga warna dari Kota Lasem, Jawa Tengah.
Batik yang identik dengan warna merah itu telah dipasarkan secara global sejak abad ke-17.
"Sejak tahun 1800-an batik Lasem telah diekspor sampai ke Singapura dan Sri Lanka," kata Budayawan dari Universitas Indonesia Agni Malagina dalam Webinar 'Kisah Batik Tiga Negri Lasem', Minggu (21/6/2020).
Menurutnya, abad itu memang menjadi maaa keemaaan dari batik Lasem sejak dimulai oleh Na Li Ni pada abad 14. Berdasarkan sejarahnya dan sesuai dengan namanya, batik Lasem memiliki tiga warna yang diwarnai dari berbagai daerah. Yaitu warna merah dari Lasem, biru di Pekalongan, dan sogan di Solo.
Baca Juga: Sempat Sepi, Permintaan Batik Geblek Renteng Kulon Progo Mulai Meningkat
"Sedangkan motifnya banyak terpengaruh dari budaya Tionghoa, Persia, dan Eropa," katanya.
Berdasarkan laporan yang disusun oleh Van Deventer, seorang Belanda pada abad ke-18, disebutkan bahwa pewarnaan batik Lasem sebelumnya menggunakan bahan alami dari tumbuh-tumbuhan. Namun seiring waktu berganti menggunakan pewarna kimia.
"Van Deventer juga menyampaikan bahwa pewarna alami tergeser oleh warna kimia yang diimpor dari Jerman, Belanda tahun 1904," katanya.
Batik Lasem memang diinisiasi oleh seorang keturunan Tionghoa. Daerah Lasem sendiri sejak dulu memang dikenal sebagai kota Tionghoa kecil karena menjadi tempat favorit persinggahan warga Tionghoa pada zaman dulu.
Pada tahun 1931, lanjut Agni, seluruh usaha batik yang ada di Lasem dikuasai oleh orang Tionghoa. Total ada 120 pengusaha batik pada masa itu, yang kemudian menempatkan Lasem sebagai kota ke-5 yang paling banyak mempunyai pengusaha batik.
Baca Juga: Promosikan Batik, Agus Yudhoyono AHY Malah Disarankan Cukur Brewok