Tren Fesyen New Normal, Sepatu Super Panjang hingga Topi Super Lebar

Vania Rossa Suara.Com
Minggu, 21 Juni 2020 | 15:04 WIB
Tren Fesyen New Normal, Sepatu Super Panjang hingga Topi Super Lebar
Tren Fesyen New Normal. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bertambah lagi satu kategori pada tren fesyen dunia, yaitu tren fesyen new normal. Perancang busana langganan Harry Styles, Harris Reed, menjadi salah satu desainer yang memamerkan sejumlah karyanya, yang diilhami oleh gaya berbusana di saat new normal.

Dalam gelaran yang dihelat pada acara kelulusan mahasiswa Universitas Seni Central Saint Martins di London, Reed memamerkan topi berpinggiran lebar dan rok crinoline, semacam rok gembung lebar yang populer di era pertengahan abad ke-19.

Item fesyen lain yang terinspirasi dari protokol kesehatan menjaga jarak pada masa normal baru pandemi Covid-19 juga hadir dari desainer asal Rumania Grigore Lup yang membuat sepatu super panjang ukuran 75.

"Kalau mereka pakai sepatu ini dan saling berhadapan, jarak di antara mereka sekira 1,5 meter-an," kata Lup yang mulai membuat sepatu di usia 16 tahun itu, seperti dilansir Reuters dan dikutip dari Antara.

Baca Juga: Sambut New Normal, Sederet Departemen Store Mewah Ini Siap Buka Lagi!

Tren Fesyen New Normal. (Instagram/@whatisnewyork)
Tren Fesyen New Normal. (Instagram/@whatisnewyork)

Di sisi lain, akun Instagram WhatIsNewYork mengumpulkan pakaian-pakaian unik orang-orang New York saat keluar rumah di kala new normal, salah satunya ada yang memakai bola plastik raksasa. "Social distance or just stay home," demikian caption yang ditulisnya.

Inspirasi fesyen lain datang dari koleksi musim semi/musim panas Balenciaga yang merilis gaun-gaun super lebar.

Puppets and Puppets juga mengeluarkan koleksi gaun dengan bagian bawah gembung.

Menilik fungsi pakaian, ahli sejarah Einav Rabinovistch-Fox mengatakan pakaian yang dikenakan manusia sejak dahulu memang sejatinya adalah cara paling ampuh untuk mengurangi kontak dekat dan paparan yang tidak perlu dengan sesama manusia.

Contohnya, rok crinoline, yang digunakan untuk menciptakan penghalang antara laki-laki dan perempuan di lingkungan sosial. Cara berpakaian ini mungkin secara tidak langsung dapat membantu mengurangi bahaya terpapar wabah saat ini.

Baca Juga: Wisata New Normal, Budget Rp 200 Ribu Bisa Kemana Aja di Yogyakarta?

Pakaian untuk membantu menangkal penyakit bukan tanpa preseden sejarah. Pada abad ke-17, misalnya, dokter mengenakan topeng paruh burung ketika memeriksa pasien wabah, di mana bagian hidung pada topeng mereka isi dengan rempah-rempah serta bubuk daging dan madu.

"Saya benar-benar berpikir bahwa dalam waktu dekat praktik sosial seputar pakaian akan berubah," kata pembuat topi Veronica Toppino.

"Ini akan menarik untuk dilihat," kata sejarawan mode Alison Matthews David. "Sulit dikatakan sekarang karena semuanya bergerak begitu cepat, tetapi menjadi menarik dengan cara baru, gagasan yang dapat Anda gunakan, dengan cara non-verbal, fisik, pendekatan jaga jarak," katanya kepada Guardian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI