Suara.com - Pandemi Covid-19 berhasil menghantam industri penerbangan domestik maupun internasional. Menurut pengamat Industri Penerbangan Gery Soejatman, pemasukan maskapai penerbangan telah berkurang hingga 90 persen akibat pandemi.
"Bayangkan income yang biasanya didapatkan putus hingga 90 persen, belum ditambah biaya sewa pesawat, perawatan, dan gaji karyawan. Jadi ini benar-benar tantangan," ujar Gery dalam diskusi online bersama ASTINDO, Kamis (18/6/2020).
Ia mengatakan tragedi wabah pandemi tidak ada yang siap dan tidak ada yang memprediksi, begitu juga dengan industri penerbangan.
Sebelum masa Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB diterapkan, angka pesanan penerbangan sudah berkurang hingga 30 persen karena kekhawatiran masyarakat terkait Covid-19.
Baca Juga: New Normal, Kawasan Wisata Badui Masih Ditutup untuk Umum
Di mulai sejak Maret 2020, maskapai di Indonesia juga hanya melayani 450 penerbangan Berlanjut saata ada pelarangan berpergian di tambah dengan aturan PSBB, hanya terdapat 120 penerbangan sehari.
"Maret itu turun ke 450 (penerbangan), lalu akhir Maret turun 120 penerbangan sehari. Ditambah larangan mudik, turun 80 penerbangan sehari," paparnya.
Gery juga menyebut bagaimana fenomena Covid-19 ini lebih parah dari SARS pada 2003 lalu, yang hanya membutuhkan waktu 3 bulan kemudian industri penerbangan bisa membaik.
Meski saat ini sudah new normal, tapi Indonesia yang belum temui puncak kasus juga jadi kekhawatiran tersendiri.
"China jadi recovery, Eropa mulai naik, kita (Indonesia) baru dibuka juga, efek berlangsung 6 bulan baru recovery. Kita belum sampai puncak wabahnya," paparnya.
Baca Juga: Wisata New Normal, Ecolodge Bukit Lawang Siap-siap Sambut Pengunjung
"Kemarin sempat telepon salah satu maskapai, jadi benar-benar ini shocking blow yang mungkin paling berat," tutupnya.