Suara.com - Dinas Pariwisata Gunungkidul mulai mempersiapkan diri untuk membuka sejumlah objek wisata di masa transisi new normal.
Persiapan mulai dilakukan dengan simulasi dan uji coba pembatasan pengunjung di sejumlah objek wisata, termasuk pantai.
Melansir Harianjogja.com, Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul, Asti Wijayanti mengatakan, ada empat tahapan yang harus dilalui sebelum pembukaan mulai dari penyusunan tata laksana pariwisata, simulasi, sosialiasi dan uji coba.
"Setelah ini dilalui, baru bisa dibuka. Untuk kesiapan juga sangat bergantung oleh pengelola di setiap destinasi," kata Asti, Selasa (16/6/2020) kemarin.
Baca Juga: Gugus Tugas Minta Konsep Berbeda untuk Buka Wisata di Bali Saat New Normal
Simulasi rencananya akan dilakukan hari ini Rabu (17/6/2020) di pantai Baron dan pantai Kukup. Tidak hanya simulasi, Pemkab Gunungkidul juga mengadakan sosialisasi secara online yang diikuti oleh seluruh pelaku wisata di Gunungkidul.
"Tujuan sosialisasi memberikan pemahaman dan gambaran tentang tata laksana pariwisata di era new normal," ujarnya.
Sesuai urutan, sambung dia, setelah simulasi dan sosialisasi dilakukan, ia berharap pembukaan kembali obyek wisata bisa segera dilakukan.
"Minggu depan sudah bisa ujicoba. Setelah satu minggu dan jalannya baik yang ditandai tanpa adanya temuan kasus, maka bisa langsung dibuka," ungkapnya.
Tidak hanya wajib mematuhi protokol kesehatan yang telah dijalankan. Selama pandemi, dinas pariwisata juga mengeluarkan kebijakan pembatasan jumlah pengujung dan jam buka di obyek wisata.
Baca Juga: Wisata di Gunung, Presenter Cantik Liga Italia Pamerkan Foto Seksi Menggoda
"Kalau waktu normal tidak ada pembatasan, tapi di tengah pandemi hanya boleh menerima tamu 50% dari kunjungan normal, serta waktu buka dibatasi dari pagi hingga sore," katanya.
Sementara, Bagian Pemasaran Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Nglanggeran, Heru Purwanto mengatakan, pihaknya sudah melakukan persiapan destinasi di masa new normal. Untuk mendukung keamanan, pengelola sudah menyiapkan alat pengecek suhu tubuh hingga fasilitas alat cuci tangan bagi pengunjung.
Perihal pembatasan dan jam buka destinasi, Heru mengaku tidak keberatan dan siap mendukung aturan tersebut. Sekedar contoh, meski kunjungan bisa menampung 500 pengunjung sekaligus kuota tersebut juga biasanya tidak bisa terpenuhi 100 persen.
"Jadi tidak ada masalah. Untuk sementara, kami juga tidak membuka fasilitas camping atau kegiatan menginap home stay," katanya.