Persiapan Khusus untuk Ke Mal
Pergi ke mal di masa new normal ini, bersiaplah dengan sejumlah perubahan. Sidik mengaku sudah tahu persiapan apa yang harus dilakukannya sebelum pergi ke mal.
"Persiapan khusus ketika gue datang ke mal, pasti pertama wajib pakai masker, bawa hand sanitizer. Lalu kegiatannya akan sebisa mungkin tidak ke kamar mandi atau toilet karena itu sensitif banget. Gue juga akan hindari pegangan eskalator, tombol lift, transaksi langsung dengan berjabat tangan, semua yang bersentuhan akan dihindari," katanya.
"Kalau perlu bahkan pakai face shield," timpal Siska.
Baca Juga: Senin Besok, 23 Mal di Bandung Dibuka!
Yuyun (26), juga setuju dengan persiapan-persiapan yang harus dilakukan sebelum ke mal. "Dulu handphone sama dompet wajib dibawa, sekarang (tambah) sama masker. Itu jadi barang kebutuhan yang perlu dibawa. Apalagi, orang bakal ngeliatin kalau nggak pakai (masker). Hand sanitizer juga penting, kalau males ke kamar mandi," timpalnya.
Ranis (26), salah seorang perawat asal Bekasi yang sering nge-mal, sebisa mungkin akan menghindari keramaian. Ia memprediksi, beberapa tempat makan mungkin akan ramai oleh pengunjung, dan mungkin belum semua tempat makan memiliki protokol kesehatan.
"Sebelum pandemi, biasanya nonton, belanja, kumpul sama teman. Tapi sekarang paling nonton doang sama belanja. Pokoknya keramaian dihindari, apalagi ngantri yang terlalu panjang, kayanya nggak bakal deh," ungkap Ranis.
"Gue juga bakal menghindari ATM karena harus pencet sesuatu dan itu dipegang sama orang. Hindari juga toilet karena banyak cairan, banyak air yang kita nggak tahu apakah ada cairan yang merugikan kita," kata Yuyun.
Pengunjung dan Pihak Mal Harus Sama-Sama Antisipasi Kerumunan
Baca Juga: Diimbau Terapkan Protokol Kesehatan, 80 Mal di Jakarta Siap Dibuka Besok
Apa yang disebut Ranis bahwa dirinya akan menghindari kerumunan diaminkan oleh Erni. Menurutnya, antisipasi terjadinya kerumunan juga harus dilakukan oleh pengelola mal, misalnya dengan melalukan pengawasan yang ketat. Meski tak mudah untuk melakukannya, tetapi tetap harus dilaksanakan sebab virus corona mudah menular dalam kondisi manusia berdekatan.
"Paling penting pengawasannya. Jangan sampai kerumunan ini menciptakan kluster baru. Karena kalau sudah muncul kluster baru, pertama mal, kedua tempat ibadah, ini secara nggak langsung kita bicara kerumunan massa," katanya.
Salah satu upaya mencegah kerumunan yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan protokol kesehatan menjaga jarak.
Selain itu, protokol jaga jarak harus selalu dilakukan. Ia melihat perlunya pengelola mal membatasi jumlah pengunjung yang masuk dan tetap memberikan tanda jaga jarak pada antrean kasir ataupun di tempat makan.
"Itu (tanda jaga jarak) harus tetap dipertahankan selama masih ada Covid-19. Kemarin saya lihat di supermarket sudah ada yang dicopot, padahal sekarangkan baru PSBB transisi, bukan berarti Covid-19 selesai," tuturnya.
Meski begitu, terlepas dari segala aturan yang akan diterapkan, semuanya kembali pada kesadaran masyatakat. Sayangnya, menurut Erni, kesadaran masyarakat Indonesia masih lemah. Ia tak heran jika masih ditemukan lokasi padat pengunjung meski sudah dilakukan imbauan jangan berkerumun.
"Kesadaran masyarakat kita masih lemah, ya. Memang, sih, orang sudah pada jenuh, tapi risikonya itu yang berbahaya," tutup Erni. (Tim liputan: Dini Afrianti Efendi, Lilis Varwati)