Suara.com - Brand pakaian Zara dikabarkan akan menutup 1.200 gerai mereka di seluruh dunia, menyusul kerugian akibat pandemi virus corona.
Seperti diketahui, industri fesyen menjadi salah satu yang terdampak parah oleh pandemi virus corona karena tidak bisa beroperasi seperti biasa.
Melansir laman The Guardian, brand retailer asal Spanyol ini diketahui mengalami kerugian hingga 409 juta euro atau sekitar 6,5 triliun rupiah.
Untuk mengatasi kerugian sekaligus meningkatkan jumlah penjualan online, perusahaan induk pemilik Zara yaitu Inditex pun memutuskan untuk menutup sebagian gerai.
Baca Juga: Hits: Hobi Ratu Elizabeth II Selama Lockdown, Pose Nyeleneh Model Zara
Inditex sendiri merupakan perusahaan multinasional di Spanyol yang juga menaungi bran lain seperti Pull&Bear, Stradivarius, Bershka, dan Massimo Dutti.
Penutupan 1.200 gerai Zara ini dilaporkan akan berpusat pada gerai di Asia dan Eropa. Selain penutupan, Zara juga akan membuka 450 gerai baru.
Dengan demikian, jumlah gerai Zara yang tadinya mencapai 7.412 akan berubah menjadi sekitar 6.700 hingga 6.900-an saja setelah reorganisasi.
Inditex sendiri melaporkan jumlah penurunan penjualan sebanyak 44% karena pandemi virus corona.
Di sisi lain, penjualan secara online mengalami kenaikan karena banyak yang berbelanja dari rumah. Hal inilah yang mendorong Inditex dan retailer pakaian lainnya untuk mengubah strategi bisnis mereka.
Baca Juga: Pose Nyeleneh Para Model di Website Zara, Ada yang Berendam di Dalam Kolam
Nantinya, Inditex akan lebih berfokus pada penjualan secara online. Sementara, gerai-gerai besar akan digunakan sebagai pusat distribusi barang.
Dengan rencana penjualan online ini, Inditex berharap agar kerugian bisa diatasi paling tidak di tahun 2022 nanti.
Pendiri Inditex, Amancio Ortega juga akan menghabiskan dana sebesar 1 miliar euro atau sekitar 16 triliun rupiah untuk membangun platform online mereka.
Nantinya, Zara juga akan berfokus untuk meningkatkan kecepatan pengiriman barang serta melakukan real-time tracking untuk produk pakaian mereka.