Suara.com - Pekan ini penikmat seni di seluruh Indonesia bisa menyaksikan rekaman pementasan Indonesia Kita lewat lakon bertajuk Mak Jogi Hikayat Jenaka Untuk Indonesia.
Lakon Mak Jogi (Hikayat Jenaka Untuk Indonesia) yang ditampilkan ini merupakan rekaman dari pementasan yang diselenggarakan pada 26-27 Juli 2011 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Dalam lakon tersebut, tim kreatif Indonesia Kita seperti Tom Ibnur, Butet Kertaradjasa, almarhum Djaduk Ferianto dan Agus Noor, mengangkat dialog kebudayaan dan kesenian dalam akar Melayu.
Lakon ini juga dimeriahkan penampilan dari Tom Ibnur, Effendi Gazali, Didik Nini Thowok, Hendri Lamiri, Hoesnizar Hood, Ramon Damora, Hasan Aspahani, Raja Hafidjah, Agus PM Toh, Udin Semekot, Kelompok Makyong Kep. Riau, Trio GAM (Gareng Rakasiwi, Wisben, Joened), Hartati dan Yaser Arafat.
Baca Juga: Masuki Fase Ketiga Pembatasan, Portugal Bolehkan Bioskop dan Teater Buka
Kolaborasi para pekerja dengan semangat lintas budaya ini sebagai penggambaran bagaimana dialog kebudayaan itu terus terjadi dan berkembang, hingga sekarang.
"Melihat antusiasme serta komentar positif terhadap kegiatan nonton teater di rumah aja setiap minggunya memberikan semangat bagi kami menyajikan pertunjukan-pertunjukan yang lebih menghibur bagi para penikmat seni di rumah," ujar Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian, melalui siaran tertulis yang diterima Suara.com, Kamis (11/6/2020).
Lakon sendiri dibuka dengan tarian Sekapur Sirih dari Deli yang khas dengan kebudayaan Melayu.
Berkisah tentang Mak Jogi, seorang penari kerajaan dari negeri Sepancungan Daun yang dipilih oleh raja menjadi anggota tim yang diutus untuk mencari Air Tujuh Muara.
Atas dasar mimpi sang raja itulah, Mak Jogi dan timnya berkelana ke tempat-tempat di seluruh Nusantara. Salah satunya, mereka menyambangi Candi Dieng dan bertemu dengan penjaganya, Nyi Towok.
Baca Juga: Jadwal Teater di Rumah Aja Hari Lebaran, Ada Lakon Maling Kondang!
"Warisan budaya Indonesia berupa kisah sejarah dan nilai-nilai moral merupakan bekal bagi pengembangan generasi penerus. Melalui pantun dan syair jenaka yang ditampilkan para pemain merupakan sorotan keadaan Indonesia saat ini dan semoga kisah ini tidak hanya sekedar hiburan bagi penikmat seni, namun bisa membuka wawasan serta semangat baru dalam mencintai bumi pertiwi Indonesia," ujar Agus Noor sebagai penulis naskah dan Tim Kreatif