Suara.com - Seorang peserta kontes kecantikan yang bernama Alice Cutter kini tengah menjadi perhatian. Bukan ajang kontes kecantikan biasa, Alice Cutter adalah kontestan dalam Miss Hitler.
Alice Cutter, 23 tahun, dikabarkan tidak hanya berpartisipasi dalam kontes kecantikan kontroversial tersebut. Sebaliknya, Alice Cutter juga bergabung dengan kelompok teroris bersama mantan pacarnya.
Melansir Daily Mail, Alice Cutter adalah anggota kelompok teroris National Action yang dikenal mendukung paham Nazi.
Sebelumnya, Alice Cutter diketahui terlibat dengan National Action setelah berkenalan dengan salah satu anggotanya di Facebook.
Baca Juga: Jadi Dokter selama Corona, Ratu Kecantikan Curhat Dampak Masker ke Kulit
Alice lantas ditawari untuk bergabung dalam kontes kecantikan Miss Hitler. Saat bergabung, Alice Cutter memakai nama Putri Buchenwald.
Nama itu sendiri merujuk pada kamp konsentrasi Nazi pada zaman Perang Dunia II.
"Aku ditawari beberapa kali dan aku pikir itu sesuatu yang bodoh dan aku tidak berpikir itu bernilai karena aku tidak bisa membayangkan diriku ikut kontes kecantikan," ungkap Alice Cutter kepada pihak pengadilan.
"Aku melakukannya karena terus diminta," tambahnya.
Meski mengelak dari tuduhan, Alice Cutter sendiri akhirnya dipenjara tiga tahun. Sementara, mantan pacarnya dihukum lima tahun penjara.
Baca Juga: Enggan Buka-bukaan, 4 Model Muslim Ini Tampil Beda di Kontes Kecantikan
Pasalnya, Alice Cutter tetap terlihat ikut dalam pawai bersama kelompok teroris National Action sembari membawa banner yang bertuliskan "Hitler was right".
Wanita 23 tahun ini juga dicurigai ikut memberikan saran soal kepemimpinan pada kelompok teroris tersebut.
Selain itu, Alice dan mantan pacarnya juga pernah mencoba merekrut siswi sekolah berusia 15-16 tahun untuk bergabung dengan gerakan teroris mereka.
Sebagai tambahan, dirinya pun kerap mengunggah foto dengan simbol-simbol Nazi serta menulis hal-hal rasis.
Di sisi lain, gerakan teroris National Action diperkirakan telah berdiri sejak tahun 2013 silam. Namun, pada tahun 2016 lalu, gerakan ini telah dilarang keras untuk beroperasi di Inggris.