Suara.com - Markus Meghan akhirnya ikut buka suara atas kematian George Floyd dalam sebuah pertemuan virtual pada saat acara kelulusan, Immaculate Heart, di Los Angeles.
Dalam pidatonya yang berdurasi lima menit, Meghan menyebut apa yang terjadi di Amerika Serikat benar-benar kacau. Demikian seperti dilansir dari The Independent.
“Saya ingin mengatakan hal yang benar. Saya menyadari satu-satunya hal yang salah untuk dikatakan adalah tidak mengatakan apa-apa karena kehidupan George Floyd berarti dan kehidupan Breonna Taylor menjadi penting dan kehidupan Philando Castile berarti dan hidup Tamir Rice menjadi penting."
Ia juga ikut bersimpati pada korban lain yang namanya tidak bisa ia sebut satu per satu.
Baca Juga: Hasil Autopsi: George Floyd yang Dibunuh Polisi Positif Virus Corona
Meghan kemudian memuji seorang guru dari sekolah karena memberinya keberanian untuk berbicara untuk apa yang dia yakini.
"Salah satu guru saya, Ms. Pollia, berkata kepada saya, 'selalu ingat untuk menempatkan kebutuhan orang lain di atas ketakutan Anda sendiri.'"
Meghan mengatakan bahwa hal itu telah melekat padanya sepanjang hidup.
Ibu satu anak itu juga berbicara tentang kerusuhan Los Angeles yang terjadi pada 1992 setelah empat petugas polisi, yang difilmkan memukuli supir taksi hitam Rodney King.
"Saya berusia 11 atau 12 tahun dan itu adalah Kerusuhan LA, yang juga dipicu oleh tindakan rasisme yang tidak masuk akal," katanya.
Baca Juga: Komen Ngawur Soal George Floyd, Miss Universe Malaysia Minta Maaf
"Saya ingat jam malam dan saya ingat bergegas pulang dan dalam perjalanan pulang, melihat abu jatuh dari langit dan mencium asap dan melihat asap mengepul dari bangunan ... Saya ingat melihat orang-orang di belakang sebuah van hanya memegang senjata dan pasukan penembak.