Suara.com - Indonesia masuk jadi negara nomor dua pembuang sampah makanan terbesar di dunia setelah Arab Saudi. Masalah ini sendiri sebenarnya sudah cukup masif, bahkan sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Dipaparakan oleh Eva Bachtiar, CEO dan Founder Garda Pangan, jumlah tersebut apabila dirata-rata, satu orang di Indonesia membuang sampah makanan sebesar 300 kilogram tiap tahunnya.
Ada beberapa dampak yang bisa terjadi. Yang pertama adalah dampak ekonomi. Karena membuang satu piring makanan, berarti kita membuang uang seharga makanan tersebut, ditambah dengan sumber daya seperti lahan, air, buruh, energi fosil, dan lain-lain untuk memproduksi makanan tersebut.
Yang kedua adalah dampak lingkungan. Saat sampah makanan tertumpuk di TPA, maka akan mengeluarkan gas metana yang 23 kali lebih berbahaya dari karbondioksidan dan turut berkontribusi pada pemanasan global.
Baca Juga: 3 Solusi untuk Kurangi Sampah Makanan
"Ironisnya, kita membuang sampah makanan cukup banyak, tapi 19,4 juta orang Indonesia masih tidur dengan keadaan perut lapar setiap harinya," tutur Eva dalam Diskusi Daring 'Bagaimana Berkontribusi Jaga Lingkungan Selama Masa Pandemi', baru-baru ini.
Eva melanjutkan, selama pandemi ada fenomena yang cukup unik. Garda Pangan melihat tren sampah makanan pada industri menurun drastis, tapi sampah makanan dari rumah tangga jumlahnya meningkat sangat tajam.
Oleh karena itu, ada hal-hal yang bisa kita lakukan guna mengurangi jumlah tersebut dari skala rumah tangga. Berikut dipaparkan oleh Eva:
1. Hindari panic buying
Sebuah penelitian menyebutkan kita cenderung menghasilkan banyak sampah makanan ketika belanja dalam jumlah besar dibandingkan saat berbelanja dalam jumlah sedikit tapi sering.
Baca Juga: Indonesia, Yuk Intip Fakta-Fakta Sampah Makanan!
Sebab saat kita berbelanja dalam jumlah banyak, kita akan lebih mudah luput atau tidak ingat apa saja yang sudah kita beli. Saat pandemi, lebih baik buat rencana belanja dan jangan terlalu impulsif saat berbelanja.
2. Olah ulang sisa makanan
Eva menyebutkan, apabila ada makanan berlebih misalnya nasi, bisa diolah ulang dengan sedikit kreatif menjadi nasi goreng misalnya.
"Tergantung dari kreatifitas aja. Kalau kita punya kemauan, kita bisa banget mengurangi sampah makanan yang kita hasilkan," tuturnya.
3. Kreasikan buah yang terlalu matang
Buah yang terlalu matang seringnya kita buang karena sudah dianggap tidak menarik dan tidak layak makan. Namun sebenarnya masih bisa kita kreasikan kembali.
Misalnya seperti pisang yang sudah terlalu matang, bisa diolah menjadi roti atau nugget pisang. Semuanya hanya butuh sedikit kreatifitas.
4. Olah ulang sisa sayuran
Saat memasak di dapur, sebenarnya banyak sekali komponen yang kita buang yang bisa diolah lebih kreatif.
Contohnya saat mengolah brokoli, umumnya bagian batang akan dibuang. Padahal bisa kita kreasikan menjadi stik cemilan yang lebih enak.
5. Tanam ulang
Ada beberapa sayuran seperti daun bawang dan wortel yang sebenarnya bisa ditanam ulang dan tumbuh dengan cepat dan mudah. Sehingga hal ini bisa membantu menghemat pengeluaran juga.
6. Manfaatkan ampas makanan
Memanfaatkan ampas makanan lebih baik daripada langsung dibuang. Misalnya ampas bubuk kopi yang bisa kita olah jadi lulur tubuh.
Atau kulit telur, yang mengandung kalsium yang baik untuk pupuk tanaman. Bisa dihancurkan sampai halus lalu ditaburkan ke tanaman yang membantu menghemat biaya bercocok tanam.
7. Rapikan kulkas
Banyak orang yang tidak sadar bahwa hal sesederhana merapikan isi kulkas bisa memengaruhi umur makanan yang kita simpan.
Saat kita menyimpannya berjejalan, makanan akan lebih mudah rusak karena tidak adanya sirkulasi udara. Selain itu, kita juga akan lebih mudah lupa dengan barang yang kisa simpan di kulkas.
8. Menanam sumber makanan sendiri
Eva menyarankan sebaiknya di masa pandemi kita mulai menanam makanan kita sendiri apabila memungkinkan
"Kalau kita ngerasain memebsarkan tanaman dan memanen tanaman, efeknya beda secara psikologi, kita lebih menghargai dan hati-hati untuk tidak menghasilkan sampah makanan," pungkasnya.