Masuki Fase New Normal, Jamu Tak Lagi Populer Untuk Jaga Imunitas?

Risna Halidi Suara.Com
Kamis, 04 Juni 2020 | 14:57 WIB
Masuki Fase New Normal, Jamu Tak Lagi Populer Untuk Jaga Imunitas?
Ilustrasi jamu herbal
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jamu dipercaya dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan menjadi populer seiring merebaknya pandemi Covid-19. Namun, memasuki masa normal baru benarkah jamu tak lagi diminati masyarakat di Tanah Air?

Salah satu produsen jamu, Retno Hemawati yang mengusung label Sejiwa mengatakan jumlah pesanan jamu justru meningkat.

"Peningkatan di bulan pertama dalam dua bulan terakhir sebelum Ramadan ya. Untuk kunyit asam dan empon-empon masing-masing bisa nembus (pesanan) sampai 20-an per hari. Ini sudah mulai naik lagi kok," kata Retno seperti yang Suara.com kutip di Antara, Kamis (4/6/2020).

Sementara itu, dari sudut konsumen beberapa orang mengaku masih rutin mengonsumsi jamu hingga hari ini. Ita Purnamasari, salah satunya.

Baca Juga: Pimpinan hingga Pegawai KPK Jalani Rapid Test Covid-19

Pegawai di KLHK ini menuturkan masih rajin mengonsumsi kunyit asam, beras kencur dan terkadang racikan daun sirih.

"Agar nafsu makannya baik dan haidnya lancar, tidak berbau," tutur dia yang sudah sejak setahun lalu meminum jamu.

Ita biasanya mengandalkan tukang jamu yang lewat di kawasan tinggalnya karena lebih mudah ketimbang meracik sendiri.

Hal senada juga diungkapkan Choirida Ema. Perempuan berjilbab yang bekerja di kawasan Jakarta itu mengatakan terbiasa mengonsumsi kunyit asam dan beras kencur.

Walau sempat berhenti, dia kembali rajin meminum jamu saat pandemi Covid-19 untuk membantu menjaga sistem imunnya. "Seminggu paling 2-3 kali. Awalnya sih minum karena tadinya parno sama corona. Memang aku doyan saja sama dua jamu itu," ujar Ema.

Baca Juga: Polisi Hentikan Kasus Prank Sampah Youtuber Ferdian Paleka

Di sisi lain, Sandra Firnawati, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Depok, Jawa Barat mengaku mengonsumsi jejamuan khususnya berbahan kunyit karena ajakan sang suami.

"Kunyit itu andalan suami. Jadi, kalau di rumah ada yang sakit, sakit apapun, pasti langsung disuruh bikin air kunyit. Kadang dimodifikasi ditambah jahe, cengkeh, kayu manis, kapulaga, ketumbar, bunga lawang dan pasti pakai jeruk nipis dan madu," kata dia.

Biasanya dia meminum jamu sehari sekali atau dua kali sehari, sebelum sarapan dan sebelum tidur.

Di masa pandemi Covid-19, jamu masih menjadi andalan Sandra kala anaknya sakit. Seperti beberapa waktu lalu, putra tertuanya sakit batuk pilek dan dia diberi ramuan kunyit, jahe ditambah jeruk nipis dan madu.

"Karena anak sakit, jadi rutin. Bikin sekitar setengah liter lebih (sepanci kecil) untuk anak selama seharian. Adik-adiknya juga dikasih tapi enggak sebanyak kakaknya," ujar Sandra.

Pakar kesehatan, salah satu Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), Inggrid Tania pernah mengatakan jamu memiliki sejumlah manfaat untuk tubuh antara lain menguatkan sistem kekebalan tubuh, mengurangi peradangan dan kadar lemak tubuh.

"Sebenarnya hampir semuanya bagus ya. Intinya jamu kan banyak mengandung zat antioksidan, penguat sistem imun, mengurangi peradangan di tubuh, mengurangi kadar lemak, menstabilkan tekanan darah. Jamu kunyit asam, beras kencur bagus, sereh sama lemon bagus," kata dia.

Empon-empon seperti yang rutin dikonsumsi Presiden Joko Widodo misalnya, bagus untuk kesehatan karena sifat antioksidan di dalamnya dan membuat metabolisme tubuh lebih efisien Kemudian, jahe bisa mengurangi pegal-pegal, mencegah mual dan perut kembung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI